Sejarah Singkat Tentang Perayaan Idul Adha – TOKOH WANITA – Iduladha adalah hari raya dalam agama Islam. Hari ini memperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim bersedia mengorbankan putranya Isma’il sebagai wujud kepatuhan terhadap Allah. Sebelum Ibrahim mengorbankan putranya, Allah menggantikan Ismail dengan domba.
Perayaan Idul Fitri bagi umat Islam sepertinya menjadi hal wajib yang tidak boleh dilewatkan. Meminta maaf, berbagi hadiah, dan tetap berhubungan dengan kerabat dan kolega adalah bagian dari perayaan. Namun tahukah kita bahwa sebenarnya perayaan Idul Fitri seperti yang kita kenal sekarang ini memiliki sejarah panjang yang mengiringinya.
Imam Ibnu Katsir pernah menggambarkan bagaimana perayaan Idul Fitri terjadi pada masa Nabi Muhammad. Dalam riwayat hadits shahih, Rasulullah pernah merayakan hari pertama Idul Fitri dalam kondisi lelah. Dia bahkan bersandar pada Bilal bin Rabah dan menyampaikan khotbahnya.
Menyambut hari kemenangan dengan hal-hal positif sangat dianjurkan. Hal ini dibuktikan dengan betapa antusiasnya Rasulullah SAW dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri, namun tentunya beliau tidak meninggalkan syariat agama atau melebih-lebihkan apapun.
Jauh sebelum Islam datang, bangsa Arab yang jahil memiliki dua hari raya, yaitu hari raya Nairuz dan Mahrajan yang dirayakan dengan pesta pora yang sia-sia. Minuman memabukkan, menari, adu ketangkasan adalah salah satu ritual dalam perayaan dua hari raya tersebut. Menurut buku-buku Islam, kedua hari raya tersebut sebenarnya berasal dari zaman Persia kuno. Pada artikel ini kami akan membahas Sejarah Singkat Tentang Perayaan Idul Adha, yuk simak sampai selesai.
Sejarah Singkat Tentang Perayaan Idul Adha
Sejarah Singkat Tentang Perayaan Idul Adha –Menurut kepercayaan Islam, sejarah perayaan Idul Adha dimulai ketika Nabi Ibrahim terus-menerus bermimpi menyembelih putra kesayangannya, Ismail, untuk memenuhi kehendak Tuhan. Ibrahim tahu bahwa hal ini adalah perintah dari Tuhan, dan ia langsung berbicara kepada putranya ismail tentang mimpi itu.
Dia menjelaskan bagaimana Tuhan ingin dia melakukan pengorbanan dan Ismail, yang juga seorang hamba Tuhan, setuju dengan ayahnya dan memintanya untuk melakukan apa yang Tuhan ingin dia lakukan.
Setan menggoda Ibrahim dan mencoba mencegahnya melakukan pengorbanan, tetapi dia menghindarinya dengan melemparkan batu ke arahnya. Allah melihat pengabdian mutlak Ibrahim dan mengutus Jibril atau Malaikat Jibril untuk membawa seekor domba untuk disembelih.
Malaikat Jibril memberi tahu kepada Ibrahim bahwa Allah senang dengan pengabdiannya dan mengirim domba untuk disembelih menggantikan putranya. Sejak saat itu, kurban sapi atau kambing menjadi bagian utama dari perayaan Idul Adha.
Kisah Nabi Ismail Disembelih dalam Al Quran
Nabi Ismail Alaihi Salam adalah salah satu putra dari Nabi Ibrahim AS. Nabiyullah Ismail dilahirkan di Syam. Ibunya bernama Hajar. Kisah Nabi Ismail ini diabadikan dalam Alquran Surat Ash Shaafat : 100-111.
Dalam Alquran disebutkan bahwa Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah SWT agar diberi keturunan. Doa tersebut kemudian dikabulkan Allah.
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيْمٍ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُۙ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَۙ سَلٰمٌ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ اِنَّهٗ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِيْنَ
Dan Nabi Ibrahim berkata, “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!”
Ia (Ismail) menjawab, “Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia, “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu,
“Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian (yaitu). Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.”
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.
Allah SWT menceritakan tentang kekasih-Nya Nabi Ibrahim AS bahwa sesungguhnya setelah Allah menolongnya dari kejahatan kaumnya dan ia merasa putus asa dari keimanan kaumnya, padahal mereka telah menyaksikan mukjizat-mukjizat yang besar. Maka Ibrahim a.s. hijrah dari kalangan mereka seraya berkata:
{إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ}
“Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (Ash-Shaffat: 99-100)
Yakni anak-anak yang taat sebagai ganti dari kaumnya dan kaum kerabatnya yang telah ditinggalkannya. Allah Swt. berfirman:
{فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلامٍ حَلِيمٍ}
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. (Ash-Shaffat: 101)
Anak ini adalah Nabi Ismail AS, karena sesungguhnya dia adalah anak pertamanya yang sebelum kelahirannya, dia telah mendapat berita gembira mengenainya. Dia lebih tua daripada Nabi Ishaq, menurut kesepakatan kaum muslim dan kaum Ahli Kitab, bahkan di dalam nas kitab-kitab mereka disebutkan bahwa ketika Ibrahim AS mempunyai anak Ismail, ia berusia delapan puluh enam tahun. Dan ketika beliau mempunyai anak Ishaq, usia beliau sembilan puluh sembilan tahun.
{فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى}
Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! ” (Ash-Shaffat: 102) Dan sesungguhnya Ibrahim memberitahukan mimpinya itu kepada putranya agar putranya tidak terkejut dengan perintah itu, sekaligus untuk menguji kesabaran dan keteguhan serta keyakinannya sejak usia dini terhadap ketaatan kepada Allah Swt. dan baktinya kepada orang tuanya.
Demikian ulasan tentang Sejarah Singkat Tentang Perayaan Idul Adha semoga bermanfaat.
Kunjungi Jagad Batin