Apakah anda sedang mencari Biografi Lengkap Ratu Kalinyamat; Pahlawan Maritim Wanita dari Jepara? atau Biografi singkat dan pendek Ratu Kalinyamat di situs tokoh wanita ini? di bawah ini adalah biografi Ratu Kalinyamat.
Kelahiran Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat lahir sekitaran tahun 1520 an. Beliau ialah putri dari Sultan Trenggana. Beliau tercipta bernama Retna Cempaka ada pula yang menjelaskan beliau tercipta bernama Raden Ayu Wuryani.
Ratu Kalinyamat memiliki nama asli Retna Kencana yang selanjutnya dikenali sebagai Ratu Kalinyamat. Retna Kencana selanjutnya tampil jadi figur sentra dalam penuntasan perselisihan di lingkungan keluarga Kesultanan Demak.
Kisah Keluarga Ratu Kalinyamat
Beliau menikah dengan Pangeran Peserta atau Raden Toyib putra dari Sultan Ibrahim dari Aceh. Sayang pernikahan beliau tidak di karuniai Putra. Tapi beliau ambil anak tiri dari saudara-saudaranya salah satunya ialah :
- Pangeran Timur, adiknya yang paling kecil yang nantinya jadi Adipati Madiun yang dikenali bernama Adipati Madiun.
- Pangeran Arya, Putra Maulana Hasanudin yang nantinya jadi Adipati di Jepara
- Pangeran Pangiri, Putra Pangeran Pawata yang nantinya jadi Bupati Demak
Nasab Ratu Kalinyamat
Bila diambil dari garis turunan kakek beliau ialah cucu dari Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi dengan riwayat seperti berikut :
- Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi
- Raden Patah
- Raden Trenggono
- Ratu Kalinyamat
Bila diambil dari garis turunan Nenek beliau ialah masih turunan dari Rasulullah SAW, dengan Riwayat seperti berikut :
- Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
- Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib
- Al-Imam Al-Husain
- Al-Imam Ali Zainal Abidin
- Al-Imam Muhammad Al-Baqir
- Al-Imam Ja’far Shadiq
- Al-Imam Ali Al-Uraidhi
- Al-Imam Muhammad An-Naqib
- Al-Imam Isa Ar-Rumi
- Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
- As-Sayyid Ubaidillah
- As-Sayyid Alwi
- As-Sayyid Muhammad
- As-Sayyid Alwi
- As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
- As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
- As-Sayyid Alwi Ammil Faqih
- As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
- As-Sayyid Abdullah
- As-Sayyid Ahmad Jalaluddin
- As-Sayyid Husain Jamaluddin Al-Akbar/ Syekh Jumadil Kubro
- As-Sayyid Ibrahim Asmoroqondi
- As-Sayyid Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel
- Dewi Murtasimah atau Asyiqah Istri Raden Patah
- Raden Trenggono
- Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat Meninggal dunia
Ratu Kalinyamat meninggal dunia di tahun 1579. Dan disemayamkan komplek penyemayaman Mushola Mantingan. Dusun Mantingan, Kec. Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa tengah
Sanad Pengetahuan dan Pengajaran Ratu Kalinyamat
Beliau dibesarkan dan dididik oleh ayahanda Sultan Trenggana dan Kakek beliau Sunan Kalijaga. Beberapa guru Ratu Kalinyamat adalah:
- Sultan Trenggana
- Sunan Kalijaga
Anak Ratu Kalinyamat
- Pangeran Timur, adiknya yang paling kecil yang nantinya jadi Adipati Madiun yang dikenali bernama Adipati Madiun.
- Pangeran Arya, Putra Maulana Hasanudin yang nantinya jadi Adipati di Jepara|
- Pangeran Pangiri, Putra Pangeran Pawata yang nantinya jadi Bupati Demak
Perjalanan Hidup dan Dakwah Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat ialah putri Pangeran Trenggana dan cucu Raden Patah, sultan Demak yang pertama.Ratu Kalinyamat memiliki nama asli Retna Kencana yang selanjutnya dikenali sebagai Ratu Kalinyamat. Retna Kencana selanjutnya tampil jadi figur sentra dalam penuntasan perselisihan di lingkungan keluarga Kesultanan Demak.
Sejak gadis, Ratu Kalinyamat mendapat keyakinan untuk memangku kedudukan Adipati Jepara. Saat itu daerah kekuasaannya mencakup Jepara, Pati, Kudus, Rembang dan Blora. Kerajaan kecilnya sebelumnya dibangun di Kriyan.
Ratu Kalinyamat menikah dengan Pangeran Hadiri. Salah satu versus mengatakan jika beliau ialah putera Sultan Ibrahim dari Aceh, yang bertitel Sultan Muhayat Sah. Waktu kecilnya namanya Pangeran Toyib. Sesudah menikah dengan Ratu Kalinyamat, beliau dikasih gelar Pangeran Hadiri, yang memiliki arti yang datang (dari Aceh ke Jepara). Tatap muka dengan Ratu Kalinyamat muncul karena di saat itu Pangeran Toyib diutus oleh Sultan Aceh untuk mengangsu pengetahuan pemerintah dan agama Islam di Kesultanan Demak.
Lelaki berdarah Persia ini benar-benar ganteng, bijak arif, berpikiran Islam luas, dan ketaatan iman, dan berani melawan penjajah Portugis. Sesudah ketahui asal mula Raden Toyib, hati Ratu Kalinyamat jadi berdebar. Beliau terpikir akan ramalan ayahnya jika pria yang hendak jadi pengiringnya nantinya bukan datang dari kelompok orang Jawa, tetapi berasal dari negeri seberang. Selanjutnya Ratu Kalinyamat siap diperistri oleh Raden Toyib.
Pada periode mudanya Pangeran Toyib mengelana ke negeri Cina. Di situ beliau berjumpa dengan Tjie Hwie Gwan, seorang Cina muslim yang selanjutnya jadi ayah angkatnya. Kabarnya, ayah angkatnya itu mengikutinya ke Jepara. Sesudah menikah dengan Ratu kalinyamat dan jadi adipati di Jepara, Tjie Hrie Gwan dipilih jadi patih dan namanya ganti jadi Pangeran Sungging Badar Duwung (sungging ‘memahat’, badar ‘batu atau akik’, duwung ‘tajam’).
Nama sungging diberi karena Badar Duwung ialah seorang pakar pahat dan seni ukir. Dikisahkan jika beliaulah yang membuat hiasan ukir-pahatan pada dinding mushola Mantingan. beliaulah yang mengajari ketrampilan seni ukir ke warga di Jepara. Di tengah-tengah aktivitasnya sebagi mangkubumi Kadipaten Jepara, Badar Duwung sering memahat di atas batu yang khusus dihadirkan dari negeri Cina. Karena batu-batuan dari Cina kurang memenuhi keperluan, karena itu warga Jepara mengukir ukir-pahatan pada batu putih.
Pernikahan Ratu Kalinyamat dengan Pangeran Hadiri tidak berjalan lama. Hati Ratu Kalinyamat benar-benar terpukul dan bersedih atas kematian Pangeran Hadiri di tahun 1549 yang dibunuh oleh utusan Arya Penangsang. Pembunuhan terjadi sehabis mendatangi upacara penyemayaman kakak kandungnya, Sunan Prawoto yang meninggal pada tangan Arya Penangsang.
Untuk mehgadapi serangan Arya Penangsang, Ratu Kalinyamat bertapa di Gelang Mantingan, selanjutnya berpindah ke Dusun Danarasa, lalu usai pada tempat Donorojo, Tulakan, Keling Jepara.Dalam perkawinanannya, Ratu Kalinyamat tidak memiliki putra. Beliau menjaga anak-anak asuh. Salah satu anak asuhnya adalah adiknya sendiri, Pangeran Timur, yang berumur masih benar-benar muda saat Sultan Trenggana wafat. Sesudah dewasa, Pangeran Timur jadi adipati di Madiun yang dikenali dengan nama Panembahan Madiun.
Dalam Riwayat Banten terdaftar jika Ratu Kalinyamat mengasuh Pangeran Arya, putera Maulana Hasanuddin, Raja Banten (1552-1570) yang menikah dengan puteri Demak, Pangeran Ratu. Menurut historiografi Banten, Maulana Hasanuddin dipandang sebagai pendiri Kesultanan Banten. Maulana Hasanuddin sendiri berdarah Demak. Ayahnya, Fatahillah sedang ibunya ialah saudara wanita Sultan Trenggana. Maulana Hasanuddin menikah dengan putri Sultan Trenggana. Dari perkawinannya itu lahir 2 orang putra, yang pertama Maulana Yusuf dan yang ke dua Pangeran Jepara. Yang paling akhir ini disebutkan begitu karena nantinya beliau gantikan Ratu Kalinyamat sebagai penguasa Jepara. Sepanjang di Jepara, Pangeran Arya diberlakukan sebagai putra mahkota. Sesudah bibinya wafat, beliau menggenggam kekuasaan di Jepara dan bertitel Pangeran Jepara.
Periode pemerintahannya dan perannya dalam sektor politik dan ekonomi memanglah tidak demikian mencolok seperti bibinya.Tidak disebut secara jelas apa argumennya Pangeran Arya dikirimkan ke Jepara untuk dididik oleh bibinya. Walau juga begitu, bisa diperhitungkan jika Ratu Kalinyamat dilihat sanggup menuntun dan mendidik, mempunyai wibawa, dan punya pengaruh. Kadang-kadang pengajaran putra raja diberikan ke keluarga raja yang berada tinggal tidak bersama Raja. Penyeleksian Ratu Kalinyamat sebagai pengajar Pangeran Arya memperlihatkan jika beliau mempunyai personalitas yang kuat.
Di samping mengasuh ke-2 anak muda itu, Ratu Kalinyamat dipercayai untuk memperbesar putra-putra Sultan Prawata yang sudah jadi yatim piatu. Sultan Prawata memiliki 3 orang putra, dua lelaki dan satu wanita. Salah satunya putra Sultan Prawata ialah Pangeran Pangiri, yang nantinya berkuasa di Demak. Selainnya sebagai sepupu, nantinya beliau jadi menantu Sultan Papang. Tahun kematiannya Ratu Kalinyamat tidak tercantum dalam kitab kesusasteraan Jawa. Beliau disemayamkan di dekat suaminya di penyemayaman Mantingan dekat Jepara, yang kemungkinan dibuat atas perintahnya sendiri, setelah beliau jadi janda di tahun 1549.Alternatif Ratu Kalinyamat ialah Pangeran Japara yang berkuasa dari tahun 1579 sampai tahun 1599.
Menurut narasi Babad Tanah Jawi, beliau ialah anak tiri Ratu Kalinyamat. Namun sumber Riwayat Banten mengatakan jika putra mahkota itu, yang namanya Pangeran Aria atau Pangeran Jepara itu ialah anak angkat Ratu Kalinyamat, putra Raja Hasanudin, Raja Banten. Pada periode berikut peran Jepara sebagai kota dermaga yang perlu alami periode kemerosotannya.
Sesudah kematian Arya Penangsang, Retna Kencana dikukuhkan jadi penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat. Pengukuhan ini diikuti dengan sengkalan tahun (Candra Sengkala) “Trus Kreasi Tataning Bumi” yang diakui sama dengan 10 April 1549. Sepanjang periode pemerintah Ratu Kalinyamat, Jepara makin cepat perubahannya. Menurut sumber Portugis yang dicatat Meilink-Roelofsz mengatakan jika Jepara jadi kota dermaga paling besar di pantai utara Jawa dan mempunyai armada laut yang besar dan kuat pada era ke-16. Ada gelar ratu memperlihatkan jika di lingkungan istana posisinya lumayan tinggi dan tentukan.
Wajarnya gelar itu cuma digunakan oleh beberapa orang tertentu, misalkan seorang raja wanita, permaisuri, atau puteri pertama raja. Babad Demak Jilid 2 tempatkan Ratu Kalinyamat sebagai puteri pertama Sultan Trenggana. Jika ini betul, memiliki arti gelar ratu telah selayaknya menempel kepadanya. Sebagai puteri pertama raja, beliau disebutkan Ratu Pembayun. Pengakuan ini mempunyai kecocokan dengan sumber Portugis.
Seorang musafir Portugis yang namanya Fernao Mendez Pinto (1510-1583) menjelaskan, saat beliau tiba di Banten di tahun 1544, tiba lah utusan Raja Demak, seorang wanita bangsawan tinggi namanya Nyai Pombaya. Besar peluang yang ditujukan ialah Ratu Pembayun. Dengan begitu gelar ratu itu didapat dari ayahnya, dan bukan datang dari suaminya yang cuma seorang penguasa wilayah satu tingkat adipati. Menurut Babad Tanah Jawi, Sultan Trenggana memiliki 6 orang putra.
Putra pertama ialah seorang putri yang dinikahi oleh Pangeran Mushalla, putra Ki Ageng Sampang dari Madura. Putra ke dua seorang lelaki yang namanya Pangeran Prawata yang nantinya gantikan ayahnya jadi Sultan Demak ke tiga. Putra ke tiga seorang putri yang menikah dengan Pangeran Kalinyamat. Putra keempat seorang putri yang menikah dengan seorang pangeran dari Kasultanan Cirebon. Putra ke-5 putri menikah dengan Raden Jaka Tingkir yang nantinya jadi Sultan Papang bertitel Sultan Hadiwijaya. Ada juga putra bungsu ialah Pangeran Timur, yang masih muda saat ayahnya meninggal dunia.
Dalam beberapa sumber riwayat Jawa Barat, ditemui nama Ratu Arya Japara, atau Ratu Japara untuk menyebutkan nama Ratu Kalinyamat. Sementara itu dalam Serat Kandhaning Ringgit Purwa mengatakan jika Sultan Trenggana berputra 5 orang. Putra pertama sampai ke empat ialah putri sedang putra bungsunya lelaki.
Putri pertama namanya Retna Kenya yang menikah dengan Pangeran Sampang dari Madura, putri ke dua ialah Retna Kencana yang menikah dengan Kyai Wintang, putri ke tiga ialah Retna Mirah menikah dengan Pangeran Riyo, putri keempat seorang putri, dan putra bungsunya namanya Pangeran Prawata (Serat Kandhaning Ringgit Purwa. KGB No 7: 257). Dari sumber ini tersingkap jika Ratu Kalinyamat mempunyai nama asli Retna Kencana. Suaminya, Kyai Wintang memiliki panggilan lain Pangeran Hadiri/Pangeran Peserta atau Pangeran Kalinyamat.
Ratu Kalinyamat bisa dilukiskan sebagai figur wanita yang pintar, berwibawa, arif, dan pemberani. Kewibawaan dan kebijakannya tercermin dalam perannya sebagai pusat keluarga Kesultanan Demak. Walaupun juga Ratu Kalinyamat sendiri tidak berputera, tetapi beliau dipercayai oleh saudara- saudaranya untuk mengasuh beberapa sepupunya. Menurut beberapa sumber riwayat tradisionil dan beberapa cerita papar di Jawa, rupanya beliau jadi pusat keluarga Kerajaan Demak yang sudah tercerai berai setelah kematiannya Sultan Trenggana dan Sultan Prawata.
Ratu Kalinyamat ialah seorang raja wanita yang berada tinggal di Kalinyamat, satu wilayah di Jepara yang sampai saat ini masih tetap ada. Kalinyamat kurang lebih 18 kilo mtr. dari Jepara masuk ke pedalaman, di pinggir jalan ke Jepara- Kudus. Pada era ke-16 Kalinyamat jadi tempat posisi beberapa raja di Jepara. Kalinyamat ialah nama satu wilayah yang digunakan sebagai nama penguasanya. Th. C. Leeuwendal, Pendamping Residen Jepara dalam Oudheidkundig Verslag 1930 menerangkan berkenaan lokasi kraton Kalinyamat dengan memakai informasi dari Diego de Couto.
Peta Karesidenan Kalinyamat berada kurang lebih 2 pal samping selatan Krasak dan di samping barat jalan besar Kudus- Jepara.Sementara itu P.J. Veth (1912) menulis jika Kalinyamat pernah jadi tempat posisi Ratu Jepara, satu lokasi yang diketemukan jejak-jejak atau sisa kebesaran periode kemarin. Walau juga warga di tempat dan beberapa karyawan benar-benar tidak paham lokasi yang pas dari sisa istana, tapi tiap orang bicara berkenaan Ratu Kalinyamat.
Di beragam dusun seperti Purwogondo, Robayan, Kriyan, dan beberapa tempat lain ada legenda berkenaan Ratu Kalinyamat. Ada sangkaan Krian kemungkinan sebagai tempat beberapa “rakriya” (beberapa bangsawan). Beberapa tempat di wilayah ini masih namanya Pecinan, pada hal tidak ada orang Cina yang berada tinggal di sana. Selanjutnya dijumpai jika dusun Robayan dan beberapa dusun yang lain masih menggunakan nama Kauman. Di beberapa tempat tertentu orang masih mengatakan bernama Sitinggil (Siti- inggil), yang berada di tengah tanah tegalan. Di sana diketemukan dinding tembok dari kraton lama yang diprediksi panjang kelilingnya di antara 5-6 km persegi. Di situ sini ada benteng yang mencolok ke luar.
Batasan-batas dari kraton kurang lebih mencakup sejauh jalan besar Kudus, Jepara, Kali Akan, yang pada tahun 1900-an sebagai garis batasan di antara onderdistrik Pacangaan, Welahan, dan Kali Kecek. Di umumnya tempat, tembok-tembok kraton itu masih juga dalam keadaan yang baik. Pada sebuah lokasi yang disebutkan Sitinggil, memang diketemukan bangunan batu bata yang ditinggikan, sementara di tempat lain memperlihatkan ada tempat mandi.
Dengan lewat penggalian eksperimen di sejumlah tempat bisa diketemukan ada dinding-dinding benteng yang paling berat yang memanjang sampai beberapa ratus mtr.. Pada tempat itu diketemukan beberapa fondasi yang dibuat dari batu bata yang lebih kecil ukuran daripada emplasemen Majapahit. Batu-batuan bata ini sudah diambili dan digunakan oleh warga.Selain itu P.J. Veth mendapat penemuan penting dari informasi Portugis berkenaan “Cerinhama” atau “Cherinhama” yang dikatakan sebagai ibu-kota sebuah kerajaan laut atau kota dermaga Jepara yang berada 3 mil atau kurang lebih 12,5 pal ke pedalaman.
Pada tempat itu tadi letak puing-puing kraton Kalinyamat sebagai tempat posisi atau peristirahatan Ratu Jepara. Diprediksi jika sepanjang jadi penguasa Jepara, Ratu Kalinyamat tidak tinggal di Kalinyamat, namun pada tempat seperti istana di kota dermaga Jepara. Beberapa sumber Belanda awalnya era ke-17 mengatakan jika di kota dermaga ada seperti istana raja (koninghof). Ini memiliki arti jika Ratu Kalinyamat sebagai figur warga bahari memang tinggal di kota dermaga, sementara itu wilayah Kalinyamat cuma jadi sebagai tempat beristirahat.
Ratu Kalinyamat sebagai kepala wilayah Jepara sudah mainkan peran penting tidak cuma pada tingkat lokal atau regional, tapi pada tingkat internasional. Perannya mencakup beragam faktor kehidupan, baik dalam sektor politik, ekonomi, sosial budaya, ingin juga jalinan internasional.
Peran Ratu Kalinyamat dalam Sektor Politik
Peran politik yang sudah dilakukan Ratu Kalinyamat dimulai saat terjadi ketegangan di istana Demak pada tengah era ke-16 yang karena oleh persaingan perebutan kekuasaan seperginya Sultan Trenggana. Persaingan perebutan tahta memunculkan peperangan berkelanjutan yang usai dengan keruntuhan kerajaan. Persaingan perebutan kekuasaan terjadi di antara turunan Pangeran Sekar dengan Pangeran Trenggana. Ke-2 pangeran ini memiliki hak menempati tahta Kesultanan Demak.
Dari sisi umur, Pangeran Sekar lebih tua hingga berasa lebih memiliki hak atas tahta Kesultanan Demak daripada Pangeran Trenggana. Tetapi Pangeran Sekar lahir dari istri ke tiga Raden Patah, yakni putri Adipati Jipang, dan Pangeran Trenggana lahir dari istri pertama, putri Sunan Ampel. Maka dari itu Pangeran Trenggana berasa lebih memiliki hak menempati tahta Kesultanan Demak.
Pangeran Prawata, putra Pangeran Trenggana, membunuh Pangeran Sekar yang dipandang seperti penghambat untuk Pangeran Trenggana untuk mewariskan tahta Kesultanan Demak. Pembunuhan terjadi dalam suatu jembatan sungai saat Pangeran Sekar diperjalanan pulang dari sholat Jum’at. Maka dari itu, beliau dikenali bernama Pangeran Sekar Seda Lepen. Menurut adat lisan di wilayah Demak, pembunuhan itu terjadi di pinggir Sungai Tuntang, sedang menurut adat Blora Pangeran Sekar dibunuh di dekat Sungai Gelis. Pembunuhan ini jadi pangkal persengketaan di Kerajaan Demak.
Raden Arya Penangsang, putra Pangeran Sekar usaha menuntut balas atas kematian ayahnya, hingga beliau usaha untuk membasmi turunan Sultan Trenggana. Pangeran Sekar memiliki 2 orang putra, yakni Raden Penangsang dan Raden Mataram. Seperginya ayahnya, Raden Penangsang dipilih jadi adipati di Jipang bertitel Raden Arya Penangsang. Menurut penglihatan warga Blora Arya Penangsang gantenggnya horor, berkumis tebal, uwang malang, paha belalang, tetapi tidak demikian tinggi. Beliau sukai menggunakan celana komprang warna hitam, bebedan, dan menggunakan destar.
Untuk lawan-lawan politiknya, Arya Penangsang didakwa sudah banyak lakukan kejahatan dan pembunuhan pada turunan Sultan Trenggana. Beliau memerintah Rangkut dan Gopta untuk membunuh Sultan Prawata. Sultan Prawata terbunuh bersama permaisurinya pada tahun 1549. Beliau selanjutnya membunuh Pangeran Hadiri, suami Ratu Kalinyamat. Pangeran Hadiri sukses dibunuh oleh penganut Arya Penangsang diperjalanan pulang dari Kudus, mengantar istrinya dalam rencana meminta keadilan dari Sunan Kudus atas dibunuhnya Sultan Prawata oleh Arya Penangsang. Tetapi Sunan Kudus tidak bisa terima tuntutan Ratu Kalinyamat karena minimnya bukti.
Kematian Sultan Prawata dan Pangeran Hadiri nampaknya membuat beberapa langkah kembali untuk Arya Penangsang untuk menempati tahta Demak. Walau pembunuhan pada Sunan Prawata dan Pangeran Hadiri sudah berjalan lancar, tetapi Arya Penangsang berasa belum senang jika belum jadi raja, karena masih tetap ada penghambatnya yakni Hadiwijaya. Arya Penangsang merencanakan membunuh Hadiwijaya tetapi alami ketidakberhasilan.
Ketidakberhasilan itu menggerakkan pecahnya perang di antara Jipang dengan Papang. Di luar sangkaan faksi Arya Penangsang, rupanya Ratu Kalinyamat tampil mainkan peran penting dalam hadapi Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat meminta ke Hadiwijaya untuk membunuh Arya Penangsang. Didorong oleh perasaan kewanitaannya yang sakit hati karena kehilangan suami dan saudara, beliau sudah memakai kuasa politiknya sebagai ahli waris dari penguasa Kalinyamat dan penerus turunan Sultan Trenggana. Ratu Kalinyamat mempunyai karakter yang keras hati dan tidak gampang berserah pada nasib.
Menurut cerita yang dikatakan dalam Babad Tanah Jawi, beliau mertapa awewuda wonten ing redi Danaraja, kang minangka tapih remanipun kaore (bertapa dengan telanjang di gunung Danaraja, yang jadi kain ialah rambutnya yang diuraikan). Perlakuan ini dilaksanakan untuk minta keadilan ke Tuhan dengan menyepi di Gunung Danaraja. Beliau mempunyai sesanti, akan akhiri pertapaanya jika Arya Penangsang sudah terbunuh.
Pengakuan Babad Tanah Jawi itu sebagai satu majas yang membutuhkan interpretasi secara krisis. Historiografi tradisionil berisi beberapa hal yang dilukiskna dengan simbol-simbol dan kiasan-kiasan. Dengan bahasa Jawa kata wuda (telanjang) bukan hanya memiliki arti tanpa baju benar-benar, tapi juga mempunyai makna majas yakni tidak menggunakan beberapa barang perhiasan dan baju yang bagus. Ratu Kalinyamat tidak mempedulikan kembali untuk kenakan perhiasan dan baju cantik layaknya seperti seorang ratu. Pemikirannya saat itu cuma diberikan untuk memusnahkan Arya Penangsang.
Di Gunung Danaraja itu tadi Ratu Kalinyamat membuat taktik untuk lakukan balas sakit hati ke Arya Penangsang.Peperangan di antara Papang dan Jipang tidak bisa terelak. Dalam peperangan itu, Arya Penangsang pimpin pasukan Jipang memakai kuda jantan namanya Gagak Rimang yang dijaga oleh prajurit Soreng. Adapun pasukan Papang dipegang oleh Ki Besar Pemahanan, Ki Penjawi, Ki Juru Mertani. Pasukan Papang ditolong oleh beberapa prajurit Demak dan tamtama dari Perlu, pengging. Dalam peperangan itu Arya Penangsang terbunuh.Terbunuhnya Arya Penangsang itu terjadi di tahun 1480 Saka atau 1558 Masehi .
Menurut Amen Budiman kejadian itu terjadi pada tahun 1556, sedang sumber lain menjelaskan Arya Penangsang luruh pada tahun 1554. Pertarungan dimenangi oleh faksi Papang dan Arya Penangsang luruh. Serangkaian kejadian pembunuhan beberapa famili raja Demak sampai perang di antara Papang menantang Jipang itu dalam sumber adat terjadi di tahun 1549. Hal tersebut sebagai anti klimaks dari riwayat dinasti Demak. Sesudah kematian Arya Penangsang, Retna Kencana dikukuhkan jadi penguasa Jepara dengan gelar Ratu Kalinyamat Kejadian persaingan perebutan kekuasaan di Demak itu di satu faksi sudah munculkan figur wanita yang memiliki peran penting dalam kesatuan keluarga Kesultanan Demak, dan dalam sektor politik pemerintah yang demikian mencolok. Sementara itu di faksi lain, munculkan seorang figur baru yakni Sultan Hadiwijaya.
Fernao Mendez Pinto dalam kesaksiannya mengatakan jika di daerah Kerajaan Demak ada delapan penguasa yang mempunyai hak untuk pilih raja baru hingga berkedudukan sebagai dewan mahkota. Wilayah khusus yang merdeka di Jawa dan Madura, satu diantaranya ialah Kalinyamat. Ke-8 wilayah merdeka itu ialah Banten, Jayakarta, Cirebon, Prawata, Papang, Kedu, Madura, dan Kalinyamat. Posisi Kalinyamat sebagai wilayah merdeka ini tempatkan Ratu Kalinyamat pada status vital sebagai pemegang kekuasaan di Jepara. Karena terhitung sebagai dewan mahkota, karena itu posisi dan dampak penguasa di delapan wilayah merdeka di bagian politik dan pemerintah lumayan kuat.
Sultan Demak untuk menyatukan wilayah Prawata dan Kalinyamat memvisualisasikan begitu dekatnya jalinan di antara Sultan dengan penguasa Kalinyamat. Kekuasaan Ratu Kalinyamat atas daerah Kalinyamat dan Prawata cukup kuat karena tidak ada teror dari faksi mana juga. Beliau disegani sebagai kepala keluarga Kasultanan Demak yang sebenarnya. Seperginya Sultan Prawata, beliau jadi pimpinan keluarga dan pengambil keputusan penting atas sisa daerah Kasultanan Demak. Untuk Ratu Kalinyamat kekuasaan Pangeran Pangiri, putra Sultan Prawata, di Demak demikian kecil. Apa lagi Pangeran Pangiri jadi anak asuhnya dan dibesarkan oleh Ratu Kalinyamat. Dalam pada itu Sultan Papang bukan kendala untuk Ratu Kalinyamat.
Ada juga kekuasaan beberapa raja Banten dan Cirebon barusan ada. Dengan begitu, antara ahli waris dinasti Demak di daerah pantai utara Jawa, Ratu Kalinyamat lah yang paling mencolok. Ratu Kalinyamat diprediksi memerintah sampai 1579. Substitusinya ialah Pangeran Jepara, putra angkat Ratu Kalinyamat. Riwayat Banten mengatakan jika putra mahkota Jepara yang namanya Pangeran Aria atau Pangeran Jepara ialah putra angkat Ratu Kalinyamat, putra raja Banten Hasanuddin. Pada periode itu peran Jepara mulai alami penurunan. Di tahun 1599 Jepara dengan kerja keras ditundukkan oleh Mataram. Jepara saat itu mempunyai ketahanan yang kuat karena kota dermaga itu dikitari dengan benteng yang menghadap ke pedalaman dan dijaga ketat sama prajurit Jepara.
Peran Ratu Kalinyamat dalam Sektor Ekonomi
Di bawah pemerintah Ratu Kalinyamat, Jepara alami perubahan tertentu. Kekalahan dalam perang di laut menantang Malaka di tahun 1512- 1513 pada periode pemerintah Pati Unus, mengakibatkan Jepara hampir remuk. Namun perdagangan lautnya tidak hancur sama sekalipun. Aktivitas ekonomi jadi makin tidak terurus di saat daerah Kesultanan Demak jadi gelaran pertarungan di antara Arya Penangsang dengan turunan Sultan Trenggana. Walau juga begitu, perdagangan lautnya masih bisa berjalan, walaupun kurang berkembang.
Sesudah usainya peperangan menantang Arya Penangsang, Jepara alami perubahan tertentu. Jika Sultan Papang repot dalam rencana koalisi daerah, karena itu Jepara juga repot mengatur pemerintah dan ekonomi yang terbengkelai sepanjang rekayasa politik berjalan. Perdagangan laut Jepara bisa berjalan walau juga kurang berkembang. Tetapi beberapa tahun sesudah berkuasa, Ratu Kalinyamat sukses mengembalikan kembali perdagangan Jepara.
Peningkatan di bagian ekonomi memang diprioritaskan oleh Ratu Kalinyamat. Di bawah pemerintahannya, pada tengah era ke 16 perdagangan Jepara dengan wilayah seberang laut makin ramai. Beberapa pedagang dari beberapa kota dermaga di Jawa seperti Banten, Cirebon, Demak, Tuban, Gresik, dan Jepara merajut jalinan dengan pasar internasional Malaka. Dari Jepara beberapa pedagang bertandang ke Bali, Maluku, Makasar, dan Banjarmasin dengan beberapa barang hasil produksi wilayahnya masing-masing. Dari dermaga-pelabuhan di Jawa di-export beras ke wilayah Maluku dan kebalikannya dari Maluku di-export rempah-rempah untuk selanjutnya diperjualbelikan kembali. Bersama dengan Demak, Tegal, dan Semarang, Jepara sebagai wilayah export beras.
Pada tengah era ke-16 perdagangan Jepara dengan wilayah seberang laut jadi makin ramai. Menurut informasi Portugis, Ratu Jepara itu sebagai figur utama di Pantai Utara Jawa tengah dan Jawa Barat semenjak tengah era ke-16. Di bawah kepimpinan Ratu Kalinyamat, taktik peningkatan Jepara lebih ditujukan pada pengokohan bidang perdagangan dan angkatan laut. Ke-2 sektor ini dapat mengalami perkembangan baik karena ada kerja sama dengan beberapa kerajaan maritim seperti Johor, Aceh, Banten, dan Maluku.
Walau wilayahnya kurang subur, tetapi di daerah kekusaan Ratu Kalinyamat ada empat kota dermaga sebagai pintu gerbang perdagangan di pantai utara Jawa tengah sisi timur yakni Jepara, Juana, Rembang, dan Lasem. Maka dari itu lumrah jika Ratu Kalinyamat dikenali jadi orang yang kaya raya. Kekayaannya didapat lewat perdagangan internasional, khususnya dengan Malaka dan Maluku. Jepara sebagai penyuplai beras yang dibuat di wilayah pesisir. Selainnya berperanan sebagai dermaga transito jadi pengekspor gula, madu, kayu, kelapa, jera, dan palawija. Ditambah dengan berfungsinya mekanisme comenda dalam pelayaran dan perdagangan di saat itu, membuat Ratu Kalinyamat tidak cuma untuk penguasa politik, tapi sebagai pedagang.
Sesuai letak geografis sebagai kota dermaga, Jepara tempati satu titik yang menyambungkan dunia dataran dan dunia lautan. Dunia dataran ialah wilayah Pati, Jepara, Juana, dan Rembang, sedang dunia lautan ialah lajur perdagangan dan pelayaran dengan beberapa daerah sekelilingnya ingin juga wilayah seberang laut. Dengan begitu disaksikan dari sisi ekonomi, dermaga Jepara berperan sebagai tempat memuat surplus dari wilayah pesisir untuk penuhi masyarakatnya dan dialokasikan ke beberapa daerah lain di seberang lautan. Kebalikannya Jepara berperan memuat beberapa produk dari wilayah luar untuk seterusnya dialokasikan atau diperjualbelikan ke beberapa daerah pesisir yang memerlukan.
Perdagangan laut di pantai utara Jawa pada era ke-16 mayoritas terkuasai oleh bangsawan. Sebagai penguasa, mereka memiliki hak membeli dulu untuk barang dagangan yang tiba dan memboyong barang dagangan yang tidak terjual. Beberapa pedagang asing memberikan fokus ke penguasa untuk pilih barang dagangan yang bagus pada harga lebih rendah dari konsumen lain. Jalinan baik dengan penguasa di tempat selalu dipiara untuk kemudahan usaha mereka. Dengan kedudukan politik yang tinggi dan support keuangan yang kuat memberikan kesempatan untuk penguasa untuk memberikan dampaknya dalam sektor politik dan pemerintah.
Peran Ratu Kalinyamat dalam Jalinan Internasional
Kebesaran kekuasaan Ratu Kalinyamat terlihat dari luas daerah dampaknya. Menurut dokumen dari Banten dan Cirebon, kekuasaannya mencapai sampai wilayah Banten. Dampak kekuasaan Ratu Kalinyamat di wilayah pantai utara Jawa samping barat, dari sisi karena status politiknya karena harta kekayaannya yang mengambil sumber pada perdagangan dengan wilayah seberang di dermaga Jepara benar-benar memberikan keuntungan. Sebagai raja yang mempunyai status politik yang kuat dan keadaan ekonomi yang kaya, Ratu Kalinyamat benar-benar punya pengaruh di Pulau Jawa.Cuma 3 tahun di bawah kekuasaan Ratu Kalinyamat, kemampuan armada Jepara sudah sembuh kembali. Informasi Portugis memberikan laporan ada jalinan di antara Ambon dengan Jepara. Dikabarkan jika beberapa pimpinan Persekutuan Hitu di Ambon sudah berkali-kali meminta dana untuk Jepara, bagus untuk melawan beberapa orang Portugis atau suku Hative di Maluku.
Di muka telah disebut, jika pemerintah Ratu Kalinyamat lebih memprioritaskan taktik peningkatan Jepara untuk perkuat bidang perdagangan dan angkatan laut. Ke-2 sektor ini akan dapat mengalami perkembangan secara baik jika dikerjakan lewat kerja-sama dengan beberapa kerajaan maritim seperti Johor, Aceh, Maluku, Banten, dan Cirebon. Ini memiliki arti jika Ratu Kalinyamat harus merajut jalinan diplomatik dan kerja sama dengan luar negeri supaya posisi Jepara sebagai pusat kekuasaan politik dan pusat perdagangan dapat kuat. Bukti terkenalnya Ratu Kalinyamat pada tengah era ke-16 diantaranya bisa diperlihatkan dengan ada keinginan dari Raja Johor untuk turut menyingkirkan Portugis dari Malaka. Pada tahun 1550, Raja Johor mengirimi surat ke Ratu Kalinyamat dan ajak untuk lakukan perang suci menantang Portugis yang waktu itu kebenaran sedang meleng dan menanggung derita beragam jenis kekurangan. Ratu Kalinyamat menyepakati saran itu. Di tahun 1551 Ratu Kalinyamat mengirim ekspedisi ke Malaka. Dari 200 buah kapal armada persekutuan Muslim, 40 buah di antaranya berasal dari Jepara. Armada itu bawa empat sampai lima ribu prajurit, dipegang dengan seorang yang bertitel Si Adapati.
Prajurit dari Jawa ini serang dari arah utara. Mereka berperang dengan gagah berani dan sukses merampas teritori orang pribumi di Malaka.Gempuran Portugis rupanya demikian luar biasa, hingga pasukan Melayu mau tak mau memundurkan diri. Dalam pada itu, pasukan Jawa masih tetap bertahan. Mereka baru mundur sesudah seorang panglimanya luruh. Dalam pertarungan yang bersambung di darat dan di laut, 2000 prajurit Jawa luruh. Sebagian besar bekal dan persenjataan berbentuk arteleri dan mesiu jatuh ke tangan lawan. Walaupun juga sudah lakukan strategi pengepungan sepanjang 3 bulan, ekspedisi ini pada akhirnya alami ketidakberhasilan dan terpaksan kembali lagi ke Jawa. Nasib malang nampaknya menerpa armada Jawa, karena mendadak badai tiba. 20 kapal penuh muatan terpasah di pantai dan jadi jarahan orang Portugis. Dari semua armada Jepara, cuma kurang dari separuh yang memiliki nasib baik dan selamat kembali lagi ke Jepara.
Walaupun juga pernah alami ketidakberhasilan, tetapi Ratu Kalinyamat nampaknya tidak berputus harapan. Semangat merusak Portugis di Malaka terus berkobar di hati figur wanita ini. Di tahun 1573, beliau kembali mendapatkan ajakan dari Sultan Aceh, Ali Riayat Sah untuk serang Malaka. Saat armada Aceh sudah mulai serang, rupanya armada Jepara tidak ada pada waktunya. Ketertinggalan ini dengan tidak menyengaja sangat memberikan keuntungan Portugis. Andaikan orang Aceh dan Jawa di saat itu bersama serang pada saat yang bertepatan, karena itu keruntuhan Malaka tidak bisa dielakkan.Armada Jepara baru ada di Malaka pada bulan Oktober 1574.
Dibandingkan dengan ekspedisi pertama, armada Jepara ini kali lebih besar. Armada ini terbagi dalam 300 buah kapal monitor dan 80 buah salah satunya memiliki ukuran besar. Awak kapalnya terbagi dalam 15.000 prajurit opsi, yang diperlengkapi dengan banyak bekal, meriam, dan mesiu. Salah satunya pimpinan ekspedisi militer ke Malaka pada periode pemerintah Ratu Kalinyamat ini ialah Kyai Demang Laksamana yang oleh sumber Portugis dinamai Quilidamao. Nama itu pada zaman saat ini satu tingkat Laksamana Laut atau Jendral. Hal ini memperlihatkan jika sebagai penguasa bahari Ratu Kalinyamat lebih mengutamakan kemampuan laut daripada kemampuan angkatan darat. Ini tak berarti jika Jepara tidak memiliki pasukan atau prajurit darat, namun kemampuan darat Jepara lebih memiliki sifat protektif yakni dengan dibuatnya benteng yang melingkari kota dermaganya yang menghadap ke darat.
Armada Jepara itu mengawali gempuran dengan salvo, shooting yang seakan-akan akan memotong bumi . Sesudah memborbardir kota Malaka dengan shooting artileri, esok harinya pasukan Jawa didaratkan dan mereka mengeruk parit-parit pertahanan. Rupa-rupanya keberuntungan nasib belum jatuh di faksi Jawa. Pada waktu armada mereka serang, 30 buah kapal besarnya malah terbakar. Pasukan Jawa selanjutnya mau tak mau batasi pergerakan dengan melangsungkan blokade laut. Portugis baru sukses tembus halangan itu sesudah lakukan gempuran berulang-kali. Usaha Portugis untuk berdialog alami ketidakberhasilan karena faksi Jawa menampik tuntutan Portugis yang dipandang terlampau berat.
Sementara itu dalam pertarungan laut faksi Portugis sukses merampas 6 buah kapal Jawa yang penuh bahan makanan kiriman dari Jepara. Akibatnya karena peristiwa ini, pasukan Jawa yang sepanjang 3 bulan dengan tabah lakukan blokade laut, kemampuannya berangsur-aangsur kering karena kekurangan bahan makanan. Mereka pada akhirnya mau tak mau bergerak mundur dan menanggung derita beberapa korban. Kabarnya nyaris dua pertiga dari kemampuan angkatan perang yang pergi dari Jepara hancur. Disekitaran Malaka saja ada sekitaran 7.000 pusara orang Jawa.Dari pengangkutan dua ekspedisi ke Malaka itu menunjukkan jika Ratu Kalinyamat ialah seorang kepala pemerintah yang benar-benar berkuasa.
Meskipun beliau tidak berhasil dalam tugasnya, tetapi beberapa orang Portugis mengaku kebesarannya. Dalam bukunya, Diego de Couto mengatakan sebagai Rainha da Japara, senhora poderosa e rica, yang memiliki arti Ratu Jepara, seorang wanita yang kaya dan berkuasa. Beliau disebutkan oleh sumber Portugis sebagai De kranige dame yakni seorang wanita yang pemberani. Karakter berani Ratu Kalinyamat ini terlihat dalam perjuangannya yang gigih dalam melawan kekuasaan bangsa Portugis. Ketidakberhasilan gempuran Jepara itu khususnya disebabkan karena kekalahan dalam sektor tehnologi militer dan pelayaran. Beberapa kapal Portugis lebih unggul dalam tehnik pembikinannya dan semakin besar daripada beberapa kapal Jepara. Walau perlawanan pada Portugis alami ketidakberhasilan, tapi pengangkutan armada itu cukup memperlihatkan jika ekonomi di Jepara pada waktu itu benar-benar kuat.
Sumber Portugis mengatakan juga jika pada periode kekuasaan Ratu Kalinyamat,Di tahun 1579, Pakuan Pajajaran, sebuah kota dalam Kerajaan Sunda di Jawa Barat yang belum masuk Islam, dikalahkan oleh Raja Banten. Pangeran Jepara putra Hasanuddin dari Banten sebagai putra angkat Ratu Kalinyamat rupanya tidak turut dalam ekspedisi menantang Pejajaran. Begitu juga Ratu Kalinyamat tidak disebut turut dalam ekspedisi itu. Ada peluang jika pada tahun 1579 Ratu Kalinyamat baru saja wafat. Sepupunya dan sekalian putra angkatnya, Pangeran Jepara, sudah menggantinya sebagai raja. Sebagai kota pantai, Jepara sebagai kota bandar perdagangan yang karena perannya menarik pedagang dari beragam suku dan berkebangsaan untuk tinggal sementara ingin juga tinggal. Di bagian politik dan pertahanan, dermaga Jepara sebagai pusat pengangkutan ekspedisi-ekspedisi militer untuk memperluas kekuasaan ke Bangka dan ke Kalimantan Selatan yakni Tanjung Pura dan Lawe. Di bawah Ratu Kalinyamat, perdagangan Jepara dengan wilayah seberang laut jadi makin ramai. Beliau demikian disegani sebagai kepala keluarga Kasultanan Demak yang sebetulnya.
Walau begitu, harus dianggap jika pada periode pemerintah Ratu Kalinyamat warga Jepara sudah tampil dalam pentas riwayat Nusantara sebagai warga bahari. Ciri-ciri khusus warga bahari ialah di dalam kehiupan mereka, terutamanya dalam penuhi keperluan setiap hari didapat dari aktivitas atau kerjanya mengeksplorasi dan manfaatkan sumber daya laut. Pada jaman itu, di samping berkehidupan sebagai nelayan, kegiatan pelayaran dan perdagangan ialah yang paling penting.
Ratu Legendaris
Ratu Kalinyamat dikenali sebagai figur bersejarah legendaris yang dibahas warga dengan beragam versus. Sebagai karena dari peperangan Arya Penangsang, di Jepara ada toponim-toponim nama dusun yang terkait dengan dicederainya Pangeran Hadiri oleh prajurit Arya Penangsang sampai meninggal. Di bawah pemerintah Ratu Kalinyamat, Jepara makin mengalami perkembangan sebagai bandar perdagangan dan pelayaran. Ratu Kalinyamat tidak saja menggenggam peran penting dalam politik dan pemerintah, tapi kuasai beberapa sumber ekonomi khususnya hasil perdagangan dan pelayaran seberang laut.
Ada mekanisme comenda mengakibatkan Ratu Kalinyamat sebagai penguasa Jepara yang paling kaya. Kembali juga beliau mempunyai angkatan laut yang lumayan kuat untuk memberikan dukungan kegiatan pelayaran dan perdagangan seberang laut. Jepara berkembang jadi bandar perdagangan dan bandar transito yang didatangi beberapa pedagang dari beragam bangsa dan suku bangsa.
Karena beliau kuasai kegiatan ekonomi dan perdagangan itu, karena itu lumrah bila beliau dikenali sebagai penguasa yang paling kaya.Kekayaan Ratu Kalinyamat sebagai factor simpatisan khusus untuk kemampuan politiknya. Karena kekayaannya, beliau mempunyai armada angkatan laut yang kuat untuk lakukan gempuran pada Malaka di tahun 1551 dan 1574. Gempuran itu dilaksanakan atas suportnya pada Kerajaan Johor dan Aceh, yang meminta untuk menolong menyingkirkan Portugis dari Malaka.
Keinginan ke-2 kerajaan itu memberi deskripsi jika secara diplomatis Ratu Kalinyamat dikenali sebagai penguasa yang paling kuat dan namanya cukup tersohor.Reputasinya sebagai kepala pemerintah tidak cuma dikenali di teritori Nusantara sisi barat saja, tapi di Nusantara sisi timur. Keberaniannya menantang kemampuan asing sudah dikenali di sejauh Nusantara dari Aceh, Johor, sampai Maluku. Selain itu, Ratu Kalinyamat bisa jalankan politik pertemanan dengan kerajaan pedalaman hingga bisa memiara kestabilan politik.
Dalam periode pemerintahannya, beliau tidak memiliki lawan. Sebagai ahli waris kekuasaan Kasultanan Demak, Ratu Kalinyamat memiliki peran yang paling penting dibandingkan dengan penguasa-penguasa lainnya di pantai utara Jawa pada era ke-16. Sebagai penyatu keluarga Kasultanan Demak, Ratu Kalinyamat memiliki dampak yang cukup kuat di daerah Banten dan Cirebon. Beliau sanggup menjaga koalisi keluarga Kasultanan Demak.
Tidak terlalu berlebih sekiranya jika Ratu Kalinyamat dikatakan sebagai figur pimpinan keluarga Kasultanan Demak dan kepala pemerintah yang paling kuat dari dinasti Demak. Cuma Jeparalah yang sanggup menjaga keberadaan dan peran Demak sebagai kerajaan yang bercorak maritim di pantai utara Jawa pada era ke-16, yang mempunyai kebesaran seperti perintisnya.Dengan pelajari kehidupan dan peran Ratu Kalinyamat, didapat penglihatan yang lebih komplet berkenaan perubahan bersejarah peran dan posisi wanita Indonesia.
Ratu Kalinyamat memvisualisasikan figur wanita yang tidak terbatasi oleh adat. Kegiatan dan peran Ratu Kalinyamat memberi satu bukti jika tidak betul bila wanita Jawa dari kelompok bangsawan tinggi benar-benar dibelenggu oleh kungkungan feodalisme. Kasus Ratu Kalinyamat terang menunjukkan jika wanita kelompok bangsawan malah memiliki kesempatan yang lebih besar untuk tampil buat mainkan peran penting yang paling diperlukan, baik pada sektor politik atau ekonomi. Kesempatan agar bisa lakukan peran penting dalam sektor politik karena disokong oleh kuasa tradisionilnya, khususnya karena turunan. Ratu Kalinyamat sudah lakukan beberapa aktivitas riil untuk negaranya.
Keteladanan Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat ialah seorang figur wanita yang paling populer. Beliau bukan hanya berparas elok, tapi juga berpribadi “gagah berani” seperti yang digambarkan sumber Portugis sebagai De Kranige Dame yang seorang wanita yang pemberani. Kebesaran Ratu Kalinyamat pernah digambarkan oleh penulis Portugis Diego de Couto, sebagai Rainha de Japara, senhora paderosa e rica yang memiliki arti Ratu Jepara, seorang wanita kaya dan benar-benar berkuasa. Selain itu, sepanjang 30 tahun kekuasaannya dia sudah sukses bawa Jepara ke pucuk kemasyhurannya.
Ratu Kalinyamat ialah figur wanita Indonesia yang perlu perannya pada era ke-16. Perannya mulai mencolok saat terjadi persaingan perebutan tahta dalam keluarga Kesultanan Demak. Beliau jadi figur sentra yang tentukan dalam ambil keputusan. Di samping mempunyai watak yang kuat untuk menggenggam kepimpinan, beliau memang menempati status vital sebagai putri Sultan Trenggana, Raja Demak ke tiga. Sultan Trenggana ialah putra Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak. Sepanjang 30 tahun berkuasa, Ratu Kalinyamat sudah sukses bawa Jepara ke pucuk kemasyhurannya.
Dengan armada lautnya yang paling kuat, Ratu Kalinyamat pernah dua sampai 3x serang Portugis di Malaka. Meskipun sudah lakukan strategi pengepungan sepanjang tiga bulan pada Portugis, rupanya ekspedisi itu alami ketidakberhasilan, dan pada akhirannya kembali ke Jawa. Seorang pimpinan ekspedisi militer Ratu Kalinyamat ke Malaka itu ialah Kyai Demang Laksamana (sumber Portugis menyebutkan bernama Quilidamao).
Demikian biografi tentang Ratu Kalinyamat. Semoga bermanfaat. Kunjungi Apaaja.top