Biografi & Nasihat Ustadzah Halimah Alaydrus

ustadzah halimah alaydrus biodata

BIOGRAFI & NASIHAT USTADZAH HALIMAH ALAYDRUS

( PENYEJUK HATI DAN JIWA MUSLIMAH INDONESIA )

Oleh : Fazha Faiera


“Semua tujuan selain Allah adalah sia-sia.

Sebab harta, tahta, rupa, puja dan cinta adalah fana.”

– Ustadzah Halimah Alaydrus –

 

tokohwanita.com – Ustadzah Halimah Alaydrus binti Usman bin Abdullah bin Husain Alaydrus. Syarifah yang dikenal masyarakat Indonesia sebagai ustadzah yang mampu menyampaikan pesan dengan baik dan menyentuh seluruh pendengarnya. Majelis, kajian dan seminarnya selalu diminati oleh para muslimah Indonesia.

BIOGRAFI SINGKAT USTADZAH HALIMAH ALAYDRUS

Beliau lahir di Indramayu, 2 April 1979 dari pasangan yang mengutamakan dan sangat mementingkan nilai-nilai agama, yaitu Utsman Alaydrus dan Nur Assegaf. Nasabnya tersambung dengan Rasulullah SAW dan tercatat dalam Rabithah Alawiyah.

Sang ayah, Utsman Alaydrus memiliki peran penting dalam hidupnya. Salah satu nasihat sang Ayah yang selalu beliau jadikan pedoman, “Nasib manusia dipegang oleh Allah SWT, jika kamu ingin baik di masa depan jangan jauh dari Allah”. Sang Ayah merupakan sosok yang sangat mencintai ulama dan senang mempelajari ayat – ayat Al-Qur’an. Beliau seringkali memanggil putra-putrinya ketika ada ulama untuk didoakan, termasuk Ustadzah Halimah Alaydrus.

Sementara sang Ibu, Syarifah Nur Assegaf merupakan sosok yang sangat sederhana yang sangat berperan dalam kehidupan Syarifah Halimah Alaydrus. Keinginan beliau sangat sederhana, ingin putra putrinya mendoakan beliau saat beliau tiada.

PENDIDIKAN USTADZAH HALIMAH ALAYDRUS

Sejak kecil Ustadzah Halimah Alaydrus mempelajari ilmu agama di beberapa pesantren. Rihlah keilmuannya bermula di Pondok Pesantren Darullughah wadda’wah di Bangil, Pasuruan Jawa Timur (1991 M). Kemudian rihlah keilmuan beliau berlanjut, Syarifah Halimah Alaydrus memilih fokus belajar Tauhid selama enam bulan di At-Tauhidiyah Tegal. Di sana, beliau tidak hanya belajar tapi juga mulai mengajar (1995 M) .

Baca Juga:  Laksamana Malahayati: The Guardian Of Aceh Kingdom

Kemudian beliau mendalami ilmu Fiqih di Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, selama tiga tahun. Usai menyelesaikan pendidikannya disana, beliau mengikuti jejak sang kakak belajar ke Hadhramaut Yaman. Saat itu di Daruz-Zahra yang merupakan madrasah khusus perempuan belum ada, dan dibangun beberapa tahun setelahnya. (1998 H).

Beliau pulang ke Indonesia sekitar tahun 2002 dan menikah dengan Ahmad Al-Haddar. Lalu kembali lagi setengah tahun ke sana untuk mengajar. Pada tahun 2003, Syarifah Halimah Alaydrus benar-benar menetap kembali di Tanah Air.

AKTIVITAS USTADZAH HALIMAH ALAYDRUS

Kini beliau bermukim, mengajar, dan berdakwah di Jakarta. Beliau aktif mengisi beberapa majelis dan seringkli menghadiri undangan dakwah ke seluruh penjuru negeri. Ranah dakwahnya bukan hanya di seluruh Indonesia, tetapi juga mancanegara. Mulai dari Singapura, Malaysia, Brunei Oman, Mesir, bahkan Australia.

Selain itu beliau juga menjadi Inisiator dan Speaker Muhasabah Cinta Event serta Narasumber di radio swasta. Fokus dakwah beliau ialah ilmu Fikih yang biasa disampaikan menggunakan kisah Rasulullah. Tema dakwah bermacam-macam dari akhlak, keluarga, keimanan, fikih, dan sebagainya.

Selain dakwah bil-lisan, beliau juga menyampaikan dakwah melalui tulisan. Berawal dari cita-citanya saat kecil yang ingin jadi penulis, kini beliau mewujudkannya dengan aktif menulis. Syarifah Halimah Alaydrus telah menulis beberapa buku diantaranya: Bidadari Bumi (2010), Tutur Hati Syarifah Halimah Alaydrus Alaydrus (2014)Pilar Cahaya (2014), dan Muhasabah Cinta (2015), Khuluquna (Terjemah kitab Habib Umar bin Hafidz), Bidadari Bumi 2 , Kata Kita ‘catatan penerang jiwa’ (2021)

NASIHAT USTADZAH HALIMAH ALAYDRUS

Berikut beberapa pesan Ustadzah Halimah Alaydrus pada kita semua:

  • Sayangi hatimu, jangan biarkan dendam dan kebencian mengotorinya. Lebih baik kau penuhi ia dengan cinta, kepada Allah, Rosul dan semua hamba-Nya.
  • Allah menginginkanmu sukses di masa mendatang, maka Dia mendatangkan segala rintangan untuk kau lalui dan air mata untuk kau jalani. Sehingga saat kau tiba di puncak, kau bersyukur dan paham bahwa tak ada perjuangan yang sia-sia dan tak ada puncak kecuali bagi yang mau mendaki.
  • Sebaik apapun dirimu, past ada saja yang tidak suka. Seburuk apapun dirimu, pasti ada yang sayang.
  • Mendekatlah kepada Sang Cahaya, agar dirimu berada dalam sisi terang kehidupan.
  • Kamu akan lelah terus jika dalam hidup ini terus berusaha memiliki yang tidak pernah tertulis menjadi milikmu,
  • Yang tinggi akan terlihat tanpa harus meninggi-ninggikan diri atau merendahkan yang lain
  • Nabi Muhammad adalah hadiah terindah yang Allah karuniakan dalam hidup kita, umatnya. Jangan mau jauh-jauh darinya.
  • Ketika cinta manusia berpaling darimu, itu adalah cara Allah untuk mengenalkan kepadamu cinta-Nya yang utuh.
  • Bukan ‘dimana’ kamu menjadi mulia, tapi ‘lagi apa’ disitulah letak masalahnya. Jika taat yang kau jalani, tempat manapun akan jadi saksi kebaikanmu.
  • Kalau ada orang yang mencacimu, jangan marah. Dengarkan! Bisa jadi itu cara Allah mengajarkan kepadamu tetang kekuranganmu.
  • Bagaimana mungkin kau bertujuan selain Allah padahal kau tahu bahagia sengsaramu dalam titah-Nya, nasib hidup dan matimu dalam genggaman-Nya.
Baca Juga:  Rufaidah Binti Sa'ad: Biografi dan Kisah-Kisah Inspiratif Perawat islam pertama yang hidup Masa Nabi Muhammad SAW

Kajian, nasihat dan pesan – pesan beliau  dapat kita simak di akun YouTube beliau Channel Ustadzah Halimah Alaydrus. Selain itu dapat kita pesan-pesan menyejukkan beliau di media sosial berikut,

  • Instagram @halimahalaydrus|  @muhasabahcintaevent
  • Facebook Halimah Alaydrus Pag
  • Telegram Kalam Ustadzah Halimah Alaydrus
  • Twitter @halimahalaydrus
  • Anchor Ustadzah Halimah Alaydrus
  • Spotify Ustadzah Halimah Alaydrus

Semoga Allah memanjangkan umur beliau, sehingga dapat terus membimbing dan menuntun kita semua. Aamiin.

***

Demikian biografi singkat serta nasihat Ustadzah Halimah Alaydrus. Jika dalam tulisan ini terdapat kesalahan dan kekurangan, penulis mohon maaf sebesar-besarnya serta mohon koreksi dari para pembaca.

 

Ditulis di Banyuwangi,

Jum’at, 27 Ramadhan 1443 H.


*Diambil dari beberapa sumber

*Penulis merupakan santri PPTQ Al-Hadi Komplek Al-Hamra’ Yogyakarta, murid dalam beberapa kajian offline dan online serta muhibbin Ustadzah Halimah Alaydrus. Silahkan beri masukan, kritik dan saran melalui email [email protected] atau akun instagram @fazhafaiera_ . Maturnuwun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *