TOKOHWANITA.COM – Seperti yang kita tahu, saat ini Negara Indonesia masih dilanda Pandemi COVID-19, terlebih menurut data Gisaid tanggal 21 Januari 2022 tercatat masuknya varian baru yaitu Omicron. Kasus Covid-19 di Indonesia dengan varian Omicron tertinggi di Asia Tenggara.
Ini terlihat dari data Gisaid yang menunjukkan saat ini ada 1.755 kasus Omicron di dalam negeri, tentunya dengan adanya varian baru tersebut kita seyogyanya tetap waspada dan jangan pernah menyepelekannya. Keberhasilan penanganan kasus pandemi saat ini, tidak lepas dari peran, salah satunya Tenaga Kesehatan atau Perawat yang berjuang untuk merawat pasien yang terpapar covid-19. Ia rela meninggalkan keluarganya untuk memberi pelayanan penuh bagi masyarakat.
Siapa itu Rufaidah binti Sa ad
Biografi dan Kisah-Kisah Inspiratif Rufaidah Binti Sa’ad: Perawat islam pertama yang hidup Masa Nabi Muhammad SAW – Selanjutnya, mari kita mengenal seorang Perawat Muslimah yang ikut berjuang dengan para pahlawan kaum laki-laki dalam bidang medis pada zaman Nabi Muhammad SAW, sekitar ribuan tahun yang lalu yang telah mendedikasikan hidupnya untuk memberikan sentuhan kemanusiaan dan perawatan bagi mereka yang membutuhkan.
Rufaidah Binti Sa’ad
Dialah Rufaidah Binti Sa’ad, ia lahir di Madinah pada tahun 570 M. Ia merupakan wanita yang pandai membaca, menulis serta memiliki empati tinggi. Ia termasuk kaum anshor golongan pertama penganut islam di Madinah. Ia wafat pada usia 62 tahun dan selama hidupnya ia mempelajari ilmu keperawatan saat ia membantu sang ayah yang seorang tabib.
Biografi Rufaidah Binti Sa’ad
Rufaidah lahir di Madinah pada tahun 570 M. Ia termasuk kaum Anshor, golongan pertama penganut Islam di Madinah. Dalam karya milik Muhammad Hamid, Shuwarmin Hayat al-Shahabiyyat, disebutkan nama Shahabiyah ini adalah Rufaidah binti Sa’ad Bani Aslam al-Khazraj. Namun, ia lebih dikenal dengan nama Rufaidah. Panggilan itu sendiri, dinisbatkan kepada marganya, Aslam, klan dari suku Khazraj di Madinah. Ia berasal dari kalangan para tabib.
Ia memiliki seorang Ayah yang bernama Sa’ad Al-Aslami. Ayahnya adalah seorang tabib terkemuka, bahkan seorang pimpinan atau imam para tabib di kalangan masyarakat kota Madinah. Ayahnya juga dikenal memiliki kemampuan pengobatan yang terkenal di seluruh jazirah Arab. Bahkan, masyarakatnya mengklaim bahwa ayahnya dapat menjadi perantara dalam menyembuhkan penyakit melalui doa-doa dan jimat yang ia miliki.
Pendidikan Rufaidah Binti Sa’ad
Terkait pendidikan keperawatan yang diterimanya, didapat dari ayahnya yang berprofesi sebagai tabib. Praktik keperawatan sudah melekat di kehidupannya dan telah dimulai sejak masih kecil. Ketika sudah menginjak usia remaja, ayahnya meminta ia bekerja sebagai asisten ayahnya. Hingga usia dewasa, ayahnya memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengembangkan kemampuannya dalam merawat.
Pengawasan sudah jarang dilakukan lagi oleh ayahnya ketika ia sedang merawat pasien. Ayahnya telah mewariskan praktik keperawatan dasar masyarakat Arab dan kemudian dikembangkan ketika periode Islam di Madinah. Ketika Islam masuk ke Madinah pada abad ketujuh ia telah menjadi
mukhalaf dan berhasil menggabungkan keilmuannya dalam bidang keperawatan dengan ajaran Islam.
Kemudian berkontribusi terhadap kesehatan umat Islam di Madinah. Pada masa peperangan telah ikut serta ke medan perang untuk menangani orang yang terluka dan ketika damai ikut andil dalam aktivitas sosial di masyarakat kota Madinah.
Peranan Rufaidah Binti Sa’ad dalam Ilmu Keperawatan ketika Islam masuk ke Madinah.
Biografi dan Kisah-Kisah Inspiratif Rufaidah Binti Sa’ad: Perawat islam pertama yang hidup Masa Nabi Muhammad SAW – Rufaidah Binti Sa’ad telah dikisahkan sebagai dokter Perempuan Pertama dalam Islam oleh Umma Farida dalam karyanya yang berjudul 25 Perempuan Teladan (Para Istri, Putri, & Sahabat Perempuan Nabi Saw.) Hal ini merujuk kepada pembagian kerja antara perawat dengan dokter pada abad ketujuh tidak begitu dijabarkan. Keduanya menjadi bias karena hampir melakukan hal yang sama. Akan tetapi, kisah Rufaidah yang berkaitan dengan perawat sangat mendominasi.
Hal ini dijelaskan bahwa ia menjadi asisten selama ayahnya masih hidup dan belajar mengenai keperawatan dari ayahnya. Jika kita lihat peranan ia dengan konteks hari ini, peranan ia lebih mendekati kepada praktik keperawatan. Peranan Rufaidah Binti Sa’ad setelah Islam masuk ke Madinah. Islam masuk ke Madinah sekitar tahun 622 M/ 1 H, tepatnya pada 12 Rabiul awal tahun ke 13 kenabian.
Kabar mengenai adanya ajaran Islam sudah lama terdengar oleh masyarakat Madinah. Dikisahkan oleh Ahmad Syauqi Al-Fanjuri bahwa Rufaidah sudah mengetahui adanya seorang rasul yang membawa risalah baru dari Mekah yang membawa perubahan bagi para pemeluk-pemeluknya, terutama ajakannya untuk meninggalkan yang batil dan mengajak manusia kepada kebajikan.
Rufaidah Binti Sa’ad berbaiat kepada Nabi Muhammad setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Saat itu, ia termasuk ke dalam golongan pertama yang masuk Islam. Ia mengambil peranan penting ketika Islam telah masuk ke kota Madinah. Peranan ia terbagi menjadi tiga, yakni peranan ia ketika sebelum peperangan Islam, peperangan Islam dan pasca peperangan Islam. Sebelum peperangan Islam sekitar tahun 622 M, Rufaidah merubah metode pengobatan yang diajarkan oleh ayahnya dengan menyesuaikan ajaran Islam.
Perubahan itu terkait dua hal. Pertama, terkait dengan tempat yang biasanya dijadikan oleh ayahnya sebagai tempat pengobatan. Ia membersihkan tempat itu menjadi nyaman, dan bersih. Tempat itu dulunya sangat kotor sehingga kenyamanan pasien tidak diperhatikan. Perubahan ini dilakukan atas dasar ajaran Rasulullah saw bahwa Islam merupakan agama yang mengedepankan kebersihan. Karena kebersihan sebagian dari iman. Kedua, menghilangkan jampi-jampi dan jimat untuk mengobati pasien. Menurut ajaran Islam itu bersifat syirik. Hal ini merupakan salah satu dosa besar. Ia menggantinya dengan doa-doa dan sholawat yang diajarkan Rasulullah kepadanya.
Atas perubahan-perubahan itu ia memiliki keutamaan pada zamannya. Ia melakukan pengobatan kepada setiap pasien-pasiennya selalu diiringi dengan berdakwah tentang keutamaan Islam. Ia meminta kepada pasiennya yang sedang terkena penyakit untuk meminta perlindungan Allah atas apa yang telah di deritanya. Di tahun yang sama, ia juga telah mendirikan sekolah keperawatan pertama di dunia Islam meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan. Ia memimpin dan sekaligus mendidik para wanita muslim dibidang keperawatan atas izin dari Rasulullah SAW.
Maka dari itu, ia tidak hanya menghasilkan perawat tetapi juga mengikuti perintah Nabi Muhammad untuk memajukan pendidikan bagi para gadis dan wanita muslim. Ia dipercayai sebagai pendiri sekolah perawat pertama bagi wanita serta mendorong wanita untuk menjadi pribadi yang terdidik.
Ia telah berhasil mengenalkan kesempatan baru kepada kaum wanita untuk berkarir dalam menyediakan perawatan dan pelayanan bagi masyarakat. Maka, mereka terkenal dengan perawat pertama dalam periode Islam. Perawat wanita periode awal Islam ini dikenal sebagai “Al-Asiyah” dari kata kerja “aasa” yang berarti menyembuhkan luka. Terjemahan bahasa Arab perawat saat ini “mamarrida”. Selanjutnya, ketika peperangan Islam berlangsung sekitar tahun 623- 630 M. Rufaidah dan kelompok Al-Asiyah pergi ke Rasulullah. Mereka meminta izin pada beliau dengan mengatakan “Oh utusan Allah, kami ingin pergi keluar bersama kamu untuk perang dan merawat yang telah terluka dan menolong para muslim semampu kami.” Rasulullah memberikan mereka izin untuk pergi.
Ia berada di garis belakang untuk membantu tentara Islam yang terluka akibat perang. Ia juga membawakan makanan dan minuman untuk semua mujahid yang berperang bersama dengan para wanita yang lainnya. Dalam menunjang penanganan tentara yang terluka ia mendistribusikan makanan dan mendirikan rumah sakit lapangan untuk korban yang terluka. Pada masa damai, rumah sakit ini berdiri disamping Masjid Nabawi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Seiring berjalannya waktu rumah sakit ini tetap menjadi contoh luar biasa dari layanan medis Islam.
Dari Kisah Rufaidah Binti Sa’ad kita bisa belajar banyak hal di tengah konsdisi sekarang, perempuan mempunyai sifat yang sabar dan lembut serta mempunyai welas kasih tinggi. Sebagai perempuan muslimah tidak seharusnya kita membatasi mobilitas kita. Tidak menjadi alasan perempuan mempunyai fisik yang lemah lalu tidak mendapatkan posisi yang sama dengan laki-laki. Buktinya banyak perempuan yang berhasil dalam memimpin dan mengambil keputusan dalam bidang kesehatan.
Demikianlah artikel yang sudah tayang pada situs ini dengan judul Biografi dan Kisah-Kisah Inspiratif Rufaidah Binti Sa’ad: Perawat islam pertama yang hidup Masa Nabi Muhammad SAW. Semoga bermanfaat.