Niat Sholat Taubat

Bacaan Takbiratul Ihram Dan Iftitah: Arab, Latin, serta Arti

Diposting pada

Bacaan takbiratul ihram adalah “Allhu Akbar”, takbir pertama ketika memulai sholat setelah mengucapkan niat. Pengucapan “Allhu Akbar” selanjutnya hanya disebut takbir.

Takbiratul ihram dikenal juga bernama takbiratul ula, artinya takbir yang mengharamkan, yaitu batas melakukan hal lain selain rukun shalat. Keutamaan takbiratul ihram ini diriwayatkan dalam sebuah hadits,

مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ

Artinya:

“Barangsiapa sholat berjamaah selama empat puluh hari dengan mendapatkan takbir pertama (takbiratul ihram) ikhlas karena Allah, akan dicatat baginya terbebas dari dua hal, yaitu terbebas dari api neraka dan terbebas dari sifat munafik.” (HR Tirmidzi nomor 241, dinilai hasan oleh Syekh Al Albani)

Apabila takbiratul ihram bersama imam konsisten dilakukan selama empat puluh hari berturut-turut tanpa jeda, maka janji  Rasulullah SAW berlaku. Muslim/ah tersebut akan terbebas dari dua musibah besar, yaitu terbebas dari neraka dan sifat munafik.

Tata Cara Takbiratul Ihram Dan Cara Bacaan Takbiratul Ihram

Takbiratul ihram merupakan rukun shalat yang harus dilakukan ketika shalat sendirian, sebagai imam, atau makmum. Berikut tata cara takbiratul ihram dan bacaannya berdasarkan al-Quran dan sunah yang shahih:

1. Niat

Niat adalah rukun pertama dalam sholat. Ucapkan niat sesuai dengan sholat yang akan ditunaikan, bisa dalam hati atau diucapkan lirih. Para ulama memberi tuntunan, Al-Kasani mengatakan,

إن تقديم النية على التحريمة جائز عندنا إذا لم يوجد بينهما عمل يقطع أحدهما عن الآخر

Artinya:

“Boleh mendahulukan niat dari pada takbiratul ihram menurut madzhab kami (hanafi), jika tidak ada kegiatan apapun yang menyelai antara niat dan takbiratul ihram.” (Badai as-Shanai, 1/329).

Sementara Ibnu Qudamah juga menegaskan,

قال أصحابنا: يجوز تقديم النية على التكبير بالزمن اليسير

Baca Juga:  Al Matsurat Lengkap: Kitab Imam Hasan Dengan Lima Pembahasan

Artinya:

“Para ulama madzhab kami (hambali) mengatakan, ‘Boleh mendahulukan niat sebelum takbiratul ihram, selama jedahnya tidak lama.” (al-Mughni, 1/339).

2. Mengangkat Tangan 

Mengangkat tangan adalah gerakan yang dilakukan segera setelah niat selesai dilafadzkan. Bentangkan telapak tangan secara sempurna, jarak Jari-jari tidak terlalu lebar juga tidak terlalu rapat. Posisi ini berdasarkan hadits Abu Hurairah RA, bahwa

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ فِي الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ مَدًّا

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangannya dengan dibentangkan.” (HR. Abu Daud 753, Turmudzi 240, dan dishahihkan al-Albani)

Selanjutnya hadapkan telapak tangan ke kiblat dan angkat setinggi pundak atau telinga. Ibnu Umar RA meriwayatkan,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ

Artinya:

“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya setinggi pundak, ketika memulai shalat.” (HR. Bukhari 735 & Muslim 390).

Malik bin al-Huwairits RA pun mengisahkan,

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ إِذَا كَبَّرَ، وَإِذَا رَكَعَ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ حَتَّى بَلَغَتَا فُرُوعَ أُذُنَيْهِ

“Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya ketika takbiratul ihram, ketika rukuk, ketika i’tidal, hingga setinggi daun telinga.” (HR. Nasai 1024, dan yang lainnya).

3. Takbiratul Ihram

Takbiratul ihram adalah ucapan ٱللَّٰهُ أَكْبَرُ “Allhu Akbar” yang artinya Allah Maha Besar. Imam an-Nawawi Dalam Kitab Induk Doa dan Zikir Terjemah Kitab al-Adzkar mengatakan, pengucapan takbiratul ihram tidak dipanjangkan, tapi sedang saja.

Mengucapkan takbiratul ihram hukumnya adalah wajib, karena termasuk rukun sah sholat. Dengan demikian apabila seorang Muslim/ah tidak mengucapkan takbiratul ihram ketika sholat, maka sholatnya tidak sah. Terdapat beberapa riwayat urutan antara ucapan takbir dengan gerakan tangan yang menyertainya. Pertama, mengangkat tangan hingga pundak baru membaca takbiratul ihram, berdasarkan riwayat Ibnu Umar RA,

كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا قام إلى الصلاة؛ رفع يديه حتى تكونا حذو منكبيه، ثم كبَّر

Baca Juga:  Cara Tertidur Cepat: Tips dan Trik untuk Meraih Tidur Nyenyak

Artinya:

Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai shalat, beliau mengangkat kedua tangannya hingga setinggi pundak, kemudian beliau bertakbir. (HR. Muslim 390).

Kedua, mengucapkan takbiratul ihram sambil mengangkat tangan lalu melipat tangan di perut, yang dikisahkan oleh Ibnu Umar RA juga.

رأيت النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افتتح التكبير في الصلاة، فرفع يديه حين يكبر

Artinya:

”Saya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai takbiratul ihram ketika shalat, beliau mengangkat kedua tangannya ketika takbir. (HR. Bukhari 738)

Ketiga, mengucapkan takbiratul ihram dahulu, baru kemudian mengangkat tangan, diriwayatkan oleh Malik bin al-Huwairits,

كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا كبر؛ رفع يديه

Artinya:

”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika usai takbir, beliau mengangkat tangan” (HR. Muslim 391).

Rasulullah SAW mengucapkan takbiratul ihram dengan suara keras hingga makmum di belakang mendengarnya. Makmum kemudian diperintahkan untuk mengucapkannya dengan pelan, seperti riwayat Ahmad dan Baihaqi.

“Apabila imam mengucapkan “Allaahu akbar”, maka ucapkanlah “Allaahu akbar.”

Untuk orang yang shalat sendirian, takbiratul ihramnya dibaca pelan, cukup terdengar dirinya sendiri.

4. Posisi Tubuh

Posisi tubuh adalah postur tubuh seorang Muslim/ah ketika melakukan takbiratul ihram. Syarat sah takbiratul ihram yaitu dilakukan berdiri tegak sempurna, tubuh tidak boleh condong, bagi yang mampu. Apabila tidak mampu, maka usahakan punggung tetap tegak.

5. Doa Iftitah

Doa iftitah adalah bacaan salat setelah takbiratul ihram pada rakaat pertama. Doa Iftitah bukanlah rukun dalam sholat, hukumnya  sunnah, namun sangat dianjurkan oleh Rasulullah,

“sholat seseorang tidak sempurna hingga ia bertakbir, memuji Allah dan menyanjungNya, kemudian membaca Al Quran yang mudah baginya”, (HR Abu Dawud dan Hakim).

Bahkan menjadi kebiasaan beliau membacanya ketika sholat. Doa iftitah sendiri berisi pujian, pemuliaan juga sanjungan kepada Allah SWT. Berikut doa iftitah yang umum dibaca muslim Indonesia.

Baca Juga:  Contoh Resensi: Panduan lengkap untuk Menulis Resensi yang Menarik

اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا

اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ

لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Alloohu akbar Kabiroo Wal hamdu lillaahi Katsiiroo, Wa Subhaanalloohi Bukrotan Wa’asyiilaa. Innii Wajjahtu Wajhiya Lilladzii Fathoros Samaawaati Wal Ardho Haniifan Musliman Wa maa Anaa Minal Musyrikiin. Inna Syolaatii Wa Nusukii Wa Mahyaa ya Wa Mamaatii Lillaahi Robbil ‘Aalamiina. Laa Syariika lahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Ana Minal Muslimiin.

Artinya :

“Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji hanya bagi Allah dengan pujian yang sangat banyak. Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang. Sungguh aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau tunduk, dan aku tidak termasuk dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya. Sungguh sholatku, ibadahku, hidupku matiku hanyalah untuk Allah Tuhan alam Semesta, yang tidak punya sekutu bagi-Nya. Dengan demikian itulah aku diperintahkan. Dan aku adalah termasuk orang-orang muslim (Orang-orang yang berserah diri).” (HR. Muslim, No. 185)

Meski demikian, tidak semua mazhab membaca doa iftitah. Imam Maliki berbeda pendapat dan mengatakan hukum membaca doa iftitah adalah makruh (sesuatu yang dibenci, sebaiknya ditinggalkan). Imam Maliki mendasarkan pandangannya pada hadits berikut:

“Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar mengawali sholat dengan Alhamdu lillaahi rabbil ‘alamiin” (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karenanya mazhab Imam Maliki ketika melakukan sholat, langsung membaca Surah Al Fatihah setelah takbiratul ihram, tanpa membaca doa iftitah.

Akhir Kata

Bacaan takbiratul ihram adalah bacaan yang sama dengan takbir lain dalam sholat. Namun takbiratul ihram hanya dilakukan sekali pada saat seseorang memulai sholatnya, tidak seperti takbir yang berulang kali. Takbiratul ihram dimulai dengan mengangkat kedua tangan dan diakhiri saat membaca doa iftitah.

 

 

 

===

Sumber Referensi

https://makassar.tribunnews.com/2022/11/17/bacaan-takbiratul-ihram-bahas-arab-dan-latin-serta-artinya-lengkap-tata-cara-takbiratul-ihram

https://www.suara.com/news/2021/12/30/213000/bacaan-takbiratul-ihram-dan-doa-iftitah-lengkap-dengan-artinya

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5989913/doa-iftitah-dan-takbiratul-ihram-bacaan-arti-dan-keutamaannya.

https://m.liputan6.com/hot/read/4946389/bacaan-takbiratul-ihram-dan-iftitah-bahasa-arab-latin-dan-artinya

https://www.orami.co.id/magazine/takbiratul-ihram

https://muslim.okezone.com/amp/2022/11/15/330/2707639/bacaan-takbiratul-ihram-dan-keutamaannya-lengkap-dengan-artinya?page=2

 

Pos Terkait:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *