Laksamana Malahayati

Laksamana Malahayati: The Guardian Of Aceh Kingdom

Diposting pada

Laksamana Malahayati: The Guardian Of Aceh Kingdom – Laksamana Malahayati atau yang kita kenal dengan Keumalahayati adalah sosok tokoh wanita yang melegenda dalam sejarah masyarakat Aceh. Tak hanya di Aceh, Laksamana Malahayati juga dikenal sebagai sosok wanita tangguh oleh para sejarawan Internasional. Laksamana Malahayati mendapatkan julukan sebagai The Guardian Of Aceh Kingdom.

Kelahiran dan Wafatnya Laksamana Keumalahayati

Keumalahayati adalah sosok pejuang wanita dari Aceh yang menjadi laksamana wanita pertama di dunia. Ia lahir di Aceh Besar tahun 1550 M. Ayahnya adalah Laksamana Mahmud Syah. Sedangkan kakeknya dari garis ayahnya merupakan Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530–1539 M.

Keumalahayati gugur pada bulan juni tahun 1615 M, saat melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis yang dipimpin Laksamana Martim Afonso De Castro. Kemudian Jasad Laksamana Malahayati dimakamkan di Desa Lamreh, Kecamatan Majid Raya, Kabupaten Aceh Besar, sekitar 35 kilometer dari ibu kota Provinsi Nanggrou Aceh Darussalam atau pusat Kota Banda Aceh. Makam laksamana Malahayati berada di puncak bukit kecil sebelah utara Desa Lamreh.

Garis Keturunan Laksamana Keumalahayati

Menurut sebuah Manuskrip (M.S.) yang tersimpan di Universiti Kebangsaan Malaysia dan berangka tahun 1254 H atau sekitar tahun 1875 M, Keumalahayati berasal dari kalangan sultan-sultan Aceh terdahulu. Ayahnya bernama Mahmud Syah, seorang laksamana.

Kemudian kakeknya dari garis ayahnya, adalah juga laksamana yang bernama Muhammad Said Syah, putra Sultan Salahuddin Syah yang memerintah tahun 936-945 H atau sekitar 1530-1539 M Sultan Salahuddin Syah sendiri putra Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513- 1530), pendiri Kejaan Aceh Darussalam.

Dilihat dari asal keturunan, Keumalahayai seperti yang terdapat dalam Manuskrip sejarah. bahwa ayahnya dan kakeknya pernah menjabat sebagai laksamana. Selain merupakan orang kepercayaan sultan, karena memang dianggap mampu, pengangkatan Keumalahayati sebagai laksamana mungkin pula disebabkan oleh adanya semangat kebaharian yang tumbuh dan ada dalam dirinya, yang diwariskan oleh ayah dan kakeknya kepada dirinya.

Baca Juga:  Biografi Nyai Hj. Nafisah Ali Maksum, Pecinta Al-Qur’an yang Masuk ke Dalam Jajaran A'wan PBNU

Tentu semua itu berpengaruh pada perkembangan pribadinya, seperti kata pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Oleh karena sang ayah dan kakeknya seorang Panglima Angkatan Laut, maka jiwa bahari tersebut dapat diwarisi oleh Keumalahayati. Kendatipun dirinya hanya seorang wanita, ia juga ingin menjadi seorang pelaut yang gagah berani seperti ayah dan kakeknya.

Pendidikan Laksamana Keumalahayati

Pendidikan masa remajanya, ia tempuh di Akademi Militer yang bernama Mahad Baitul Makdis Kerajaan Aceh Darussalam, yang terdiri dari jurusan Angkatan Darat dan Laut, dengan para instrukturnya sebagian berasal dari Turki. Sebagai anak seorang Panglima Angkatan Laut, Keumalahayati mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan yang ia inginkan.

Setelah melalui pendidikan agama di Meunasah, RanAkang dan Dayah, Keumalahayati berniat mengikuti karir ayahnya yang pada waktu itu telah menjadi Laksamana. Sebagai seorang anak yang mewarisi darah bahari, Keumalahayati bercita-cita ingin menjadi pelaut yang tangguh. Untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pelaut, ia kemudian ikut mendaftarkan diri dalam penerimaan calon taruna di Akademi Militer Mahad Baitul Makdis.

Berkat kecerdasan dan ketangkasannya, ia diterima sebagai siswa taruna akademi militer tersebut. Pendidikan militer pada tahun pertama dan kedua ia lalui dengan sangat baik, karena ternyata ia adalah seorang taruna wanita yang berprestasi. Sebagai taruna yang cakap dan mempunyai prestasi yang sangat menonjol telah membuat ia sangat dikenal di kalangan para taruna lainnya, termasuk juga para taruna yang setingkat lebih tinggi dari dirinya.

Maka tidak mengherankan kalau banyak mahasiswa di Akademi Militer tersebut yang sayang padanya. Bahkan banyak pula yang telah tertambat hatinya pada wanita tersebut. Namun di antara sekian banyak taruna laki-laki yang jatuh cinta padanya, tidak ada yang berkenan di hatinya. ia lebih mementingkan pendidikannya dari pada memikirkan hal-hal yang menurutnya belum saatnya untuk dilakukan.

Sebagai siswa yang berprestasi di Akademi Militer Mahad Baitul Makdis, Keumalahayati berhak memilih jurusan yang ia inginkan. Sebagai seorang anak yang mewarisi darah bahari, ia memilih jurusan Angkatan Laut. Maklum karena sejak kecil jiwa pelaut telah ditanam oleh ayah dan kakeknya. Dalam masa-masa pendidikan militernya, ia berhasil dengan mudah melahap semua ilmu-ilmu yang diberikan oleh para instrukturnya.

Baca Juga:  Biografi Nyai. Hj. Alissa Qotrunnada Wahid, S.Psi, Putri Gus Dur yang Masuk ke Dalam Jajaran Tanfidziyah PBNU

Pada suatu saat di Kampus Akademi Militer Mahad Baitul makdis tersebut, Keumalahayati berkenalan dengan seorang calon perwira laut yang lebih senior dari dirinya yaitu Laksamana Zainal Abidin. Perkenalan berlanjut hingga jenjang pernikahan. Pernikahan dilaksanakan Setelah tamat pendidikan di Akademi Militer Mahad Baitul Makdis. Sejarah akhirnya mencatat, bahwa pasangan suami-istri alumni dari Akademi Militer ini menjadi Perwira Tinggi Angkatan Laut Aceh yang gagah berani dalam setiap pertempuran laut melawan armada Portugis.

Prestasi Laksamana Keumalahayati

Banyak faktor yang mampu mempengaruhi prestasi. Faktor tersebut dapat datang dari berbagai hal, pengalaman pribadi atau cerita dari orang lain. Di bawah ini adalah beberapa peran dan prestasi Keumulahayati.

Komandan Protokol lstana

Sebagai seorang perwira muda lulusan Akademi Militer Baitul Makdis di Aceh dan memiliki prestasi pendidikan yang sangat memuaskan, Keumalahayati memperoleh kehormatan dan kepercayaan dari Sultan Alaiddin Riayat Syah Al Mukammil (1589- 1604), diangkat menjadi Komandan Protokol lstana Darud-Dunia dari Kerajaan Aceh Darussalam.

Jabatan sebagai Komandan Protokol lstana bagi Keumalahayati adalah merupakan jabatan yang tinggi dan terhormat. Jabatan tersebut sangat besar tanggungjawabnya, karena di samping menjadi kepercayaan Sultan, juga harus menguasai soal etika dan keprotokolan sebagai mana lazimnya yang berlaku di setiap istana kerajaan di manapun di dunia.

Panglima Armada Inong Balee

Sejarah hidup Keumalahayati mengingatkan kita pada perjalanan hidup Cut Nyak Dhien. Ketika suaminya yang bemama Teuku Umar gugur di medan perang melawan Belanda, Cut Nyak Dhien bertekad untuk meneruskan perjuangan suaminya. Demikian pula halnya dengan Keumalahayati. Ketika suaminya gugur dalam pertempuran laut melawan Portugis di perairan Selat Malaka, Keumalahayati bertekad meneruska perjuanagn suaminya.

Semangat juang dan kepahlawanannya dapat disejajarkan dengan Srikandi, seorang tokoh pahlawan wanita dalam
kisah Mahabharata. Oleh kalena itulah maka Laksamana Keumalahayati Juga terkenal dengan sebutan “Srikandi dari Aceh”. Mengenai tokoh Srikandi ini dapat kita lihat pada kitab Mahabharata. Srikandi adalah istri Harjuna, seorang ksatria pandawa yang terkenal sakti dalam Perang Baratayudha.

Baca Juga:  Biografi Nyai Hj. Shinta Nuriyah, Ulama Wanita yang Masuk ke Dalam Jajaran Mustasyar PBNU

Keumalahayati Sebagai Seorang Diplomat

Keumalahayati bukan hanya sebagai seorang Laksamana dan Panglima Armada Angkatan Laut Kerajaan Aceh, tetapi la juga pemah menjadi Komandan pasukan Wanita Pengawal Istana. lebih dari itu ia juga seorang diplomat dan juru negoisasi yang handal. Hal ini telah dibuktikan dengan berbagai pengalaman dalam praktek menghadapi counter part-nya dari Belanda maupun lnggris.

Sebagai seorang militer, Keumalahayati tegas dan disiplin tinggi, tetapi dalam menghadapi perundingan, la bersikap luwes tanpa mengorbankan prinsip. Sebagai seorang militer dan panglima armada, la dapat bersikap tegas tanpa mengenal kompromi menghadapi lawan. Namun sebagai seorang diplomat Keumalahayati dapat bersikap ramah dan luwes dengan lawan berundingnya. Sosok diplomat wanita Aceh ini tampak berwibawa.

Laksamana Keumalahayati termasuk dalam salah satu wanita agung tentunya memiliki peranan dan jasa yang besar bagi Kerajaan Aceh Darussalam, penulis-penulis barat menyebutnya Sebagai the guardisn of Aceh kingdom yang berarti begitu disegani dan dihormati baik lawan maupun kawan bahkan nama Keumalahayati masuk dalam jajaran 7 women in the world dan best female warrior at all time.

Dari kisah Keumalahayati, sejarah telah mencatat, bahwa Aceh pada abad ke 16 telah melahirkan seorang tokoh emansipasi wanita yaitu Keumalahayati, dalam kenyataannya telah membuktikan kemampuan seorang wanita yang menjadi pemimpin dan bahkan juga komandan pasukan. Sebagai seorang Komandan Armada Laut, komandan Pasukan Inong Balee dan seorang diplomat yang ulung, Keumalahayati akan terus dikenang dalam sejarah perjuangan bangsa.

Ia akan tercatat sebagai seorang tokoh wanita yang patut dibanggakan tidak saja bagi masyarakat Aceh, tetapi juga menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia.

Itulah sejarah singkat Laksamana Malahayati atau yang kita kenal dengan Keumalahayati, sosok tokoh wanita yang melegenda dalam sejarah masyarakat Aceh, bahkan dalam sejarah Dunia.

 


Tentang Penulis

Laksamana Malahayati

Khoirun Najah adalah Mahasiswi yang saat ini tertarik mendalami kajian sejarah tentang biografi/kisah wanita di Nusantara. Penulis akrab di sapa Khoirun Najah yang sekarang telah menempuh Pendidikan Strata 1 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Pendidikan Biologi.

Pos Terkait:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *