Nasabnya dengan nasab nabi bertemu pada kakeknya, yaitu Qushai bin Kilab. Saat Qushai memimpin bani Quraisy yang dikenal sebagai kaum ‘penjaga Kakbah’, terjadi banyak kperkembangan bahkan beberapa kabilah bersatu dibawah kepemimpinannya. Beliau merupakan sosok pemimpin yang disegani, karena cerdas dan berpengalaman. Beliau memiliki gelar Al-Mujammi’ yang artinya sang pemeratu. Ia mengurusi Al-Hijabah (Penjaga pintu masuk kakbah), As-Siqayah (Memberi minuman jamaah haji), Ar-Rifadah (Jamuan makan jamaah haji), An-Nadwah (Permusyawaratan) dan Al-Liwa’ (Bendera Perang).
Karakter serta status sosial sang kakek ini kemudian mempengaruhi anak keturunannya, termasuk Khadijah. Ia tumbuh sebagai pribadi yang tangguh, loyal, memiliki budi pekerti yang baik serta cerdas. Ia bukan hanya mewarisi darah keturunan, tetapi juga harta serta kepribadian.
Khadijah memimpin ekonomi Makkah. Ia dikenal sebagai perempuan berpengaruh di seantero Makkah. Selain karena mewarisi harta kekayaan ayahnya, Khadijah juga mewarisi harta peninggalan mendiang suaminya. Ia dikaruniai kecukupan harta dan modal untuk melakukan usaha perdagangan. Selain alasan terebut, Kemampuan berbisnis serta mengelola keuangan Khadijah inilah yang juga membuat bisnisnya semakin besar.
Kemampuan bisnis Khadijah tidak dapat diragukan. Pada usianya yang belum mencapai 40 tahun, ia memimpin salah satu kabilah (baca:kelompok) dagang terbesar di tanah Makkah, yang seringkali melakukan perjalanan dagang ke luar Makkah untuk mengembangkan bisnis dan usahanya.
Setelah ia menikah dengan Sang Nabi, ia pun mengerahkan segala daya upaya, dukungan terbaiknya bahkan seluruh harta untuk perjuangan dakwah sang suami. Sebab ia sadar, bahwa kepentingan umat harus diutamakan dibandingkan kepentingan pribadi temasuk keuntungan bisnisnya sendiri.