Khadijah, Representasi Perempuan Berdaya Di Masanya

Khadijah, Representasi Perempuan Berdaya Di Masanya

Dari kisah Khadijah kita mendapatkan banyak pelajaran penting, salah satunya bahwa perempuan memang harus berdaya. Baik saat ia muda, sebelum nantinya berkeluarga kemudian mendukung peran sang suami serta keluarganya bahkan nantinya kontribusi perempuan lebih luas untuk masyarakat dan bangsanya.

Patut kita renungkan, Jika perempuan tidak mampu berdiri di atas kakinya sendiri, lantas bagaimana ia akan menemani langkah pasangannya atau putra putrinya sendiri?

Jika perempuan tidak mampu meraih mimpinya sendiri, lantas bagaimana dia akan membantu sang suami, putra-putrinya, keluarganya bahkan masyarakat sekitarnya meraih cita-cita dan mimpi?

Jika perempuan tidak mempunyai mental dan kesaabaran yang tangguh, bagaimana ia akan menghadapi permasalahan serta ujian hidup yang harus ia, keluarganya, dan masyarakat sekitarnya  hadapi?

Jika perempuan tidak memiliki inovasi dan kemampuan untuk mengembangkan potensi, lantas bagaimana ia akan mendukung  peran pasangannya, ,  menjadi teladan bagi putra-putrinya , atau mendukung potensi masyarakat sekitarnya nanti?

Jika kita lupa, malas, kehilangan semangat dan motivasi dalam berproses serta belajar. Bahkan beralasan bahwa ranah perempuan hanya di kalangan rumah tangganya saja, sebatas dapur, sumur, dan kasur.  Maka ingatlah kembali kawan, kita punya tokoh perempuan berdaya inspirasi sepanjang masa, Sayyidah Khadijah namanya. Namanya abadi dalam sejarah, pengabdiannya luar biasa, dikenang umat sepanjang masa. Darinya kita semua mendapat pelajaran berharga, bahwa kita harus memaksimalkan potensi, gagasan dan kemampuan yang kita miliki untuk kebaikan banyak orang. Jika ranah masyarakat terlalu luas dan berat, minimal kita berdaya dan bermanfaat dalam keluarga kita sendiri. Khadijah telah mencontohkannya; Siapapun, apapun dan bagaimanapun, perempuan memang harus berdaya.

Sumber: Disarikan dari berbagai sumber


Penulis: Fanny Faizah


Penulis ‘terlahir’ di PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, ‘tumbuh’ di PPTQ Al-Hamra’ Krapyak Yogyakarta, ‘berkembang’ bersama teman-temannya di Banom Nisa’iyah Halaqoh BEM Pesantren Se-Indonesia.   Kritik, saran dan sapa di [email protected] atau akun instagram @fazhafaiera_

Baca Juga:  Benarkah Wanita Tidak Boleh Bekerja?

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *