Biografi Srikandi NU Nyai Hj. Dra. Umroh Machfudzoh Pendiri IPPNU

Biografi Srikandi NU Nyai Hj. Dra. Umroh Machfudzoh Pendiri IPPNU
Tokoh Wanita

Oleh : Khoirun Najah

(Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)


Kelahiran dan Wafatnya Nyai Hj. Dra. Umroh Machfudzoh

Di dalam sejarah Nahdlatul Ulama (NU), ada sepasang suami-istri yang sangat inspiratif, yaitu Prof. Dr. KH. M. Tholchah Mansoer dan Nyai Hj. Umroh Mahfudzoh. Keduanya mendirikan dua organisasi pelajar NU yang hingga saat ini mewarnai perjuangan NU dalam menegakkan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah an Nahdliyah di kalangan pelajar Islam di Indonesia, yaitu Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).

Kali ini kami akan megulaskan tentang sosok Nyai Umroh Mahfudzoh, sebagai pionir gerakan perempuan NU. Nyai Hj. Dra. Umroh Machfudzoh atau akrab disapa  Nayi. Hj. Dra. Umroh Tolchah Mansoer merupakan seorang perempuan kalangan pesantren yang memiliki kemampuan dan prestasi yang sangat baik, beliau memiliki kepribadian pemimpin, disiplin, tegas, cekatan dalam bertindak.

Beliau lahir di Gresik, Jawa Timur tepatnya tanggal 4 februari 1936. Beliau merupakan putri sulung dari lima bersaudara, putri pasangan dari K.H. Wahib Wahab ( Menteri Agama  RI Ke-9) dan Hj Siti Channah sekaligus cucu perempuan pertama dari salah satu pendiri NU, yaitu  K.H. Wahab Hasbullah salah satu pendiri NU dan Rais Aam PBNU tahun 1946 – 1971). Sebagai cucu pendiri NU, masa kecil Umroh banyak dihabiskan di lingkungan pesantren.

Nyai. Hj. Umroh Mahfudzoh meninggal dunia pada Jumat 6 November 2009 di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, sekitar pukul 06.45 WIB. Almarhumah meninggal pada usia 73 tahun, jenazah beliau dimakamkan sekitar pukul 15.30 WIB di pemakaman dekat kediaman Komplek Pondok Pesantren Sunni Darussalam, Tempelsari, Manguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.


Keluarga Nyai Hj. Dra. Umroh Machfudzoh

Nyai Hj. Dra. Umroh Machfudzoh melepas masa lajangnya dengan dinikahi oleh KH. Tholchah MansoerPernikahan tersebut berlangsung pada 05 Desember 1957. Pernikahan mereka dilaksanakan di Jombang, meskipun awalnya K.H Wahib Wahab, ayah Umroh, tidak menyetujui hubungan tersebut. Dikarenakan pada saat itu, pandangan banyak orang menganggap bahwa orang Madura itu keras.

Namun Umroh terlanjur jatuh hati terhadap Tolchah. Dalam pandangannya, meskipun Tolchah memiliki warna kulit hitam tapi terlihat hitam manis, Umroh memilih Tolchah juga karena ia punya karakter yang tegas dan cerdas. keputusan tersebut juga didukung kuat oleh sang kakek, K.H Abdul Wahab Chasbullah dan juga neneknya, Nyai Wahib yang melihat keduanya cocok, sama-sama merupakan aktivis organisasi. Dari pernikahan tersebut, Tolchah dan Umroh memiliki 7 orang anak.

Tolchah dan Umroh sangat perhatian terhadap pendidikan anak-anaknya dan selalu memberi semangat kepada mereka. Tolchah seringkali mengumpulkan anak- anaknya setelah pulang dari sekolah. Saat itu ia akan meminta kepada anak anaknya untuk menjelaskan kembali pelajaran yang didapat waktu di sekolah. Di saat-saat seperti ini pula, putra-putrinya sering menyampaikan keluh kesahnya kepada sang ayah. Tolchah memiliki pendirian untuk membebaskan anak-anaknya dalam memilih pendidikan yang mereka inginkan dan tidak mengharuskan anaknya belajar di pesantren. Bukan karena tidak memercayai pengajaran di pesantren, namun karena ia ingin lebih dekat dan mengerti perkembangan putra-putrinya.

Baca Juga:  Bu Nyai Hannah Zamzami Lirboyo

Pada akhirnya anak-anaknya lebih memilih untuk menempuh jalur pendidikan umum, namun tetap belajar agama. Pelajaran agama tersebut rutin disampaikan Tolchah pada setiap ba’da maghrib. Karena pendirian tersebut, anak-anaknya memiliki disiplin ilmu yang berbeda-beda.

Anak pertama, Fajrul Falakh, mendapatkan gelar sarjana Hukum dari Universitas Gajah Mada, gelar MA di University of London, dan gelar MSc dari London School of Econimics and Political Science. Ia pun mengikuti jejak Tolchah menjadi pakar hukum tata negara.

Zuhrufussurur memperoleh gelar sarjana Elektro dari IKIP Yogyakarta. Nisrinun Ni’mah menyelesaikan Sarjana Pendidikan di IAIN Sunan Kalijaga.

Zunatul Mafruhah memperoleh gelar sarjana hukum di Universitas Islam Indonesia. Safrotul Machrusah menyelesaikan Sarjananya di IAIN Yogyakarta dan gelar Masternya diperoleh dari Australian National University di Australia. Kemudian sejak 13 Januari 2016 ia diangkat oleh Presiden Joko Widodo menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Republik Demokratik Aljazair.

Choirotun Chisan atau akrab dipanggil Rosa, panggilan akrabnya, juga mengikuti jejak ibunya pernah menjadi Ketua Umum IPPNU 1996-2000. Ia juga memperoleh gelar sarjana Hukum dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan mendapat master di Universitas Sanata Darma di Yogyakarta.

Romahurmuziy memperoleh gelar sarjana teknik dari Institut Teknologi Bandung dan gelar master dari Teknik Industri dari perguruan tinggi yang sama.


Pendidikan Nyai Hj. Dra. Umroh Machfudzoh 

Nyai Hj. Dra. Umroh Machfudzoh menempuh pendidikan pertamanya di kota kelahirannnya Gresik, kemudian sempat berhenti sekolah karena adanya agresi militr ke-II oleh Belanda tahun 1948. Kemudian bersekolah kembali di MI (Madrasah ibtidaiyyah) NU Boto Putih Surabaya, ketika liburan sekolah ia sering menghabiskan masa liburannya ditempat kakeknya yaitu di Pondok Tambak Beras Jombang, Jawa Timur.

Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikannya merantau ke surakarta yaitu dimulai dengan diterima belajar di sekolah guru agama (SGA) Surakarta. Dia tinggal di kediaman Nyai Masjhud, tepatnya di Pondok Pesantren al-masjhudiyah, daerah keprabon,solo Jawa Tengah. Kemudian setelah menyelesaikan Pendidikan di Surakarta beliau melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Pendidikan S-1 di IAIN  diselesaikan dalam waktu enam tahun sembari aktif sebagai Wakil Ketua Pengurus Poliklinik PW Muslimat NU DIY.


Pendiri Lahirnya IPPNU

Pelopor berdirinya organisasi IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) organisasi khusus pelajar putri berawal saat Berdirinya IPNU yang khusus menghimpun pelajar-pelajar putra pada awal tahun 1954, berawal dari itu Umroh bersama  kawan-kawannya di Pondok Pesantren Al-Masjhudiyah untuk membuat organisasi serupa khusus untuk para pelajar putri. Gagasannya dituangkan lewat diskusi intensif dengan para pelajar putri NU di Muallimat NU dan SGA Surakarta yang sama-sama belajar di pesantren asuhan Nyai Masyhud.

Baca Juga:  Biografi Nyai. Hj. Alissa Qotrunnada Wahid, S.Psi, Putri Gus Dur yang Masuk ke Dalam Jajaran Tanfidziyah PBNU

Kegigihan Umroh memperjuangkan pendirian IPNU-Putri (kelak berubah menjadi IPPNU) membawanya duduk sebagai Ketua Dewan Harian (DH) IPPNU. DH IPPNU adalah organ yang bertindak sebagai rahim pendirian sekaligus pelaksana harian organisasi IPPNU. IPPNU lahir dari diskusi ringan yang dilakukan oleh beberapa remaja putri yang tengah menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar ke-20 NU di Surakarta. Dalam diskusi itu, Umroh dan teman-temannya merasa perlu adanya organisasi pelajar di kalangan nahdliyin. Maka mereka mengusulkan adanya IPNU untuk pelajar putri.

Kalangan NU, baik Mulimat, Fatayat NU, GP Ansor dan Banom NU lainnya memutuskan untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada Kongres I IPNU di Malang Jawa Timur. Dalam pertemuan itu, disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir di kongres Malang itu dinamakan IPNU putri. Dalam suasana kongres, ternyata keberadaan IPNU putri sepertinya masih diperdebatkan secara alot. Semula direncanakan secara administratif hanya menjadi departemen di dalam tubuh organisasi IPNU. Hasil negosiasi dengan pengurus PP IPNU, bagi Umroh dan kawan-kawan, menimbulkan semacam kesan eksklusivitas IPNU yang hanya diperuntukkan pelajar putra.

Melihat hasil tersebut maka pada hari kedua kongres, Umroh memotori peserta putri kongres yang hanya diwakili delegasi dari lima daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan dua jajaran di pengurus badan otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar, yaitu PB Ma’arif, yang saat itu dipimpin bapak KH. Syukri Ghazali, dan ketua PP Muslimat NU saat itu, Nyai Mahmudah Mawardi.

Dari pembicaraan selama beberapa hari, telah membuat keputusan untuk membentuk organisasi IPNU Putri secara organisatoris dan administratif terpisah dengan IPNU. Tanggal 02 Maret 1955 M atau 08 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU Putri. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan cabang, ditetapkan, Umroh Mahfudzoh ditetapkan sebagai ketua umum. Saat itu, kantor PP IPNU Putri berkedudukan di Surakarta. Namun, Umroh dan kawan-kawan, mengusulkan perubahan nama dari IPNU Putri menjadi IPPNU.

Kemudian, tak lama setelah itu, PB Ma’arif NU menyetujui perubahan nama itu, sehingga IPNU putri berubah menjadi IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama). Aktivitas di IPPNU yang tidak begitu lama, diisi oleh Umroh dengan kegiatan sosialisasi dan pembentukan cabang-cabang IPPNU, khususnya di Jawa.


Peranan di Nahdlatul Ulama

Nyai Hj. Dra. Umroh Machfudzoh ketika masih nyantri di Pesantren al Masjhudiyah Keprabon Solo asuhan KH. Masyhud dan Nyai Syuaibah, mulai terlibat aktif di NU sebagai Wakil Ketua Fatayat NU Cabang Surakarta. Riwayat organisasi Umroh berlanjut pada tahun 1962 sebagai pengurus seksi Sosial PW Muslimat NU DIY. Hingga menghantar jabatan beliau sampai menjadi, ketua PW Muslimat NU DIY diemban selama dua periode berturut-turut sejak tahun 1975.

Baca Juga:  Cara Mandi Junub untuk Wanita yang Benar Sesuai dengan Tuntunan Hadist Rasulullah

Kedudukan ini mengantarkan Umroh sebagai Ketua I Badan Musyawarah Wanita Islam Yogyakarta hingga tahun 1987. Kesibukan ini juga tidak menghalangi aktivitasnya sebagai Seksi Pendidikan Persahi (Pendidikan Wanita Persatuan Sarjana Hukum Indonesia) dan Gabungan Organisasi Wanita wilayah Yogyakarta. Sementara itu, perhatian di bidang sosial disalurkan dengan menjabat sebagai Ketua Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK) yang membidangi kegiatan-kegiatan di bidang peningkatan kesejahteraan sosial di wilayah Yogyakarta.


Karir Politik dan Kiprahnya

Pada pertengahan tahun 1950 an, Umroh mulai terjun ke dunia politik, waktu itu dia menjabat sebagai Seksi Keputrian Pelajar Islam Indonesia (PII), sebuah organisasi pelajar yang berafiliasi dengan Partai Masyumi, ranting SGA Surakarta. Namun, sejak berdirinya NU sebagai partai politik sendiri tahun 1952. Naluri politik yang tersimpan selama belasan tahun ternyata tidak bisa dipendam Umroh begitu saja. Aktivitas sebagai bendahara DPW PPP mengantarkannya terpilih sebagai anggota DPRD DIY periode 1982-1987.

Karir politiknya terus meningkat dari Wakil Ketua menjadi Pjs. Ketua DPW PPP DIY. Jabatan terakhir ini membawanya ke Jakarta sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Persatuan Pembangunan selama dua periode. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Wanita Persatuan Pusat, organisasi wanita yang berada di bawah naungan PPP. Sebagai anggota dewan, Umroh tercatat beberapa kali mengadakan kegiatan internasional, di antaranya muhibah ke India, Hongaria, Perancis, Belanda, dan Jerman.

Tinggal di Jakarta mempermudah Umroh meneruskan aktivitasnya di NU sebagai Ketua Departemen Organisasi PP Muslimat NU, yang kemudian naik menjadi Ketua III. Sempat menikmati pensiun pasca pemilu 1997, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan oleh tokoh-tokoh NU mengajak Umroh terjun kembali ke dunia politik sebagai salah satu anggota DPR RI hasil pemilu 1999 dari Fraksi Kebangkitan Bangsa. Dari bebrapa kiprah dan peranan beliau sampai saat ini dan sampai kapanpun dikenang sebagai pendiri IPPNU.

Bersama sang suami, dia telah mengabdikan diri untuk NU dan bangsa ini lewat jalur organisasi dan politik. Tangga organisasi yang dipijakinya juga runtut, dari mendirikan IPPNU, aktif di Fatayat NU, dan penggerak di Muslimat NU. Aktif di politik mulai dari partai NU, PPP, dan PKB, Nyai Umroh Mahfudzoh adalah sekian dari perempuan-perempuan NU menginspirasi, menjadi pionir dan pelopor gerakan wanita, khususnya di kalangan umat Islam dan NU.


Tentang Penulis

Penulis merupakan Ketua PK.IPPNU Masa Khidmat tahun 2015 di Lembaga Ma’arif MA. YSPIS REMBANG yang akrab di sapa Khoirun Najah yang saat ini telah menempuh Pendidikan Strata 1 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Pendidikan Biologi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *